Setelah berkenalan dengan pemuka agama tersebut, akhirnya dia memutuskan menjadi seorang Katolik. Kusni Kasdut dibaptis sebagai pemeluk Katolik dengan nama Ignatius Kusni Kasdut.
Saat menunggu hari eksekusi, dia menuangkan rasa cintanya terhadap agamanya dengan sebuah lukisan yang terbuat dari gedebog pohon pisang. Dalam lukisan tersebut, tergambar dengan rinci Gereja Katedral lengkap dengan menara dan arsitektur bangunannya yang unik. Dan sampai sekarang masih tersimpan rapi di Museum Gereja Katedral Jakarta. Setelah ia memberikan lukisan tersebut, dia ditembak mati seminggu kemudian yaitu pada 16 februari 1980, kata Eduardus Suwito, pengurus Museum Gereja Katedral.
Selain lukisan, Eduardus Suwito juga sempat memperoleh surat dari almarhum Kusni Kasdut. Dalam surat tersebut tertulis keinginannya untuk dapat bertemu dengan keluarganya sebelum eksekusi dijalankan. Surat tersebut juga menuliskan tentang pertobatan Kusni dan pengakuannya akan hal tersebut kepada pihak keluarga.
Sebelum dieksekusi mati, keinginan tersebut terpenuhi. Sembilan jam di ruang kebaktian Katolik LP Kalisosok, Kusni dikelilingi oleh keluarganya: Sunarti (istri keduanya), Ninik dan Bambang (anak dari istri pertama), Edi (menantu, suami Ninik) dan dua cucunya, anak Ninik. Jamuan terakhir baginya adalah capcai, mie dan ayam goreng.
Seperti dikisahkan oleh seorang pendengarnya. Kusni yang memeluk Ninik berkata, “Saya sebenarnya sudah tobat total sejak 1976. Situasilah yang membuat ayah jadi begini. Sebenarnya ayah ingin menghabiskan umur untuk mengabdi kepada Tuhan. Tapi waktu terlalu pendek.” Ninik dan yang lain menangis. “Diamlah,” lanjutnya, “Ninik kan sudah tahu ayah sudah pasrah. Ayah yakin, Tuhan sudah menyediakan tempat bagi ayah. Maafkanlah ayah.”
Pada masanya Kusni kasdut adalah penjahat spesialis “barang antik” salah satunya yang paling spektakuler ia merampok Museum Nasional Jakarta. Dengan menggunakan jeep dan mengenakan seragam polisi palsudia pada tanggal 31 Mei 196. Setelah melukai penjaga dia membawa kabur 11 permata koleksi museum tersebut.
Sebelumnya dia pernah membunuh dan merampok seorang Arab kaya raya bernama Ali Badjened pada 1960-an. Dalam aksinya ini dia ditemani oleh Bir Ali. Ali Badjened dirampok sore hari ketika baru saja keluar dari kediamannya di Jalan KH Wahid Hasyim. Dia meninggal saat itu juga akibat peluru yang ditembak dari jeep yang dibawa oleh Kusni Kasdut.
Saat-saat terakhir Kusni Kasdut ini dijadikan ide untuk lagunya God Bless “Selamat Pagi Indonesia” di album “Cermin”. Lirik lagu ini ditulis oleh Theodore KS, wartawan musik Kompas yg jagoan menulis lirik lagu.
Awalnya Kusni kasdut adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia. Kusni Kasdut pada saat sedang menunggu keputusan atas permohonan grasinya sempat melarikan diri kemudian dapat ditangkap kembali dan akhirnya menghadapi hukuman matinya.
Kusni Kasdut sempat dijuluki “Robin Hood” Indonesia, karena ternyata hasil rampokannya sering dibagi–bagikan kepada kaum miskin.
Partner kejahatan Kusni Kasdut adalah Bir Ali, asal Cikini Kecil (sekarang ini letaknya di belakang Hotel Sofyan). Bir Ali, yang juga menjadi pembunuh Ali Bajened bersama Kusni Kasdutnama aslinya adalah Muhammad Ali. Dia mendapat gelar Bir Ali karena kesukaannya menenggak bir, ia tewas dalam tembak-menembak dengan polisi.
Sebelum ajalnya. Kusni Kasdut memang tobat dan menyesal, tetapi penyesalan memang selalu datang terlambat.
sumber