Anton Medan
Anton Medan (lahir dengan nama Tan Hok Liang;
lahir di Tebing Tinggi, Sumatera Utara, 10 Oktober 1957; umur 54 tahun)
adalah mantan perampok dan bandar judi yang kini telah insaf. Ia
memeluk agama Islam sejak 1992.
Ia mendirikan rumah ibadah yang diberi nama Masjid Jami' Tan Hok Liang.
Masjid itu terletak di areal Pondok Pesantren At-Ta'ibin, Pondok Rajeg,
Cibinong. Banyak tuduhan-tuduhan yang diarahkan padanya seputar
keterlibatannya dalam kerusuhan Mei 1998.
Profil John Kei
John Kei
yang mempunyai nama asli Jhon Refra Kei yang merupakan pemuda asal
maluku ini baru-baru ini di tangkap pihak aparat kepolisian di sebuah
hotel di jakarta timur karena di duga ikut membunuh seorang bos PT Sanex
Steel, ia di tangakap dengan seorang artis perempuan berinisial AF.
Dalam
penangkapan di sebuh hotel tersebut John Kei di tembak di kaki oleh
aparat kepolisian metro jaya, karena melawan dan ingin melarikan diri,
penangkapan john kei tersebut saat john kei dan teman artis berinisial
AF sedang berpesta sabu beserta teman2nya. Saat ini john kei sudah di
berada di sel metro jaya untuk penyilidikan lebih lanjut.
Saat
ini pemberitaan penangkapan john kei lagi ramai di bicarakan di
berbagai media, siapa sebenarnya John Kei yang di kenal dengan punya
nama besar dan di takuti banyak orang ?
John Kei lahir
pada tahun 1969 yang merupakan tokoh pemuda asal maluku yang lekat
dengan dunia kekerasan di Ibukota. Namanya semakin berkibar ketika tokoh
pemuda asal maluku utara, basri sangaji meninggal dalam suatu
pembunuhan sadis di hotel di jakarta selatan pada 12 Oktober 2004 lalu.
Nama John Kei semakin bersinar karena tidak ada saingan hingga john kei
membentuk himpunan oraganisasi pemuda maluku AMKEI mencapai 12 ribu
orang. Lewat organisasi amkei tersebut, john kei membuat usaha dengan
mendirikan jasa pengamanan dan menydiakan jasa penagih hutang terbesar
di ibukota.
John
Kei dan kelompoknya pernah terlibat bentrokan dengan organisasi pemuda
lainnya, antara lain kelompok Basri Jala Sangaji juga asal maluku.
Perseteruan keduanya terjadi di antaranya di Diskotek Stadium, jakarta
barat, pada Maret 2004. Saat itu dua orang tewas. Bentrokan berlanjut di
depan gedung PN Jakarta Barat pada Juni tahun yang sama. Dalam
perkelahian itu Walterus Refra, kakak kandung John Kei, tewas. Nyawanya
disebut-sebut sebagai ganti atas pembunuhan Basri Sangaji dan bentrokan
di diskotek stadium.
John
Kei sendiri pernah divonis bersalah dalam kasus penganiayaan terhadap
dua warga tual, charles refra dan remi refra. Kedua korban harus
kehilangan beberapa jarinya akibat ditebas John Kei. Sejumlah pemuda
asal Kei juga terlibat dalam bentrokan berdarah dengan kelompok asal
flores di jalan ampera, tepatnya di depan gedung PNi jakarta selatan,
pada september 2010. Empat orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka
dalam bentrokan itu.
Nah
itulah sedikit artikel mengenai John Kei yang saya tampilkan, John Kei
saat ini mempunyai nama besar identik dengan kelompok premanisme di ibu
kota, sebut saja Basri Sangaji, Hercules bahkan sekarang ini John Kei
yang terkenal. Dan sekarang John kei berada dalam tahanan metro jaya
karena di duga ikut merencanakan pembunuhan bos PT Sanex Steel.
Siapakah Hercules
Nama Hercules Rosario Marshal, bekas "penguasa" Tanah Abang,
disebut-sebut media massa gara-gara Irene Tupessy dan Herianto,
suaminya, tersangka penyerangan di RSPAD, kedapatan bersembunyi di
rumahnya di Indramayu, Jawa Barat.
Kini Hercules sedang opname di Rumah Sakit Puri Medika, Jakarta. Hercules sakit tifus dan mondok sejak Sabtu, 3 Maret 2012, atau empat hari lalu. “Saya sedang di Jakarta,” katanya.
Keberadaan Hercules di Jakarta terungkap ketika Tempo mengkonfirmasi soal Irene Tuppesy yang kedapatan bersembunyi di rumahnya di Indramayu, Jawa Barat. Hercules mengatakan ia sama sekali tidak terlibat dalam penyerangan RSPAD, 23 Februari 2012 lalu, kendati Irene Tupessy menginap di rumah milik Hercules untuk kabur dari kejaran polisi. Ia mengaku siap diperiksa polisi terkait kasus penyerangan RSPAD.
Kini Hercules sedang opname di Rumah Sakit Puri Medika, Jakarta. Hercules sakit tifus dan mondok sejak Sabtu, 3 Maret 2012, atau empat hari lalu. “Saya sedang di Jakarta,” katanya.
Keberadaan Hercules di Jakarta terungkap ketika Tempo mengkonfirmasi soal Irene Tuppesy yang kedapatan bersembunyi di rumahnya di Indramayu, Jawa Barat. Hercules mengatakan ia sama sekali tidak terlibat dalam penyerangan RSPAD, 23 Februari 2012 lalu, kendati Irene Tupessy menginap di rumah milik Hercules untuk kabur dari kejaran polisi. Ia mengaku siap diperiksa polisi terkait kasus penyerangan RSPAD.
Hercules Rosario Marshal
Hercules Rosario Marshal adalah
nama aslinya… ia ternyata merupakan seorang pejuang yang pro terhadap
NKRI ketika terjadi ketegangan Timor-timur sebelum akhirnya merdeka pada
tahun 1999. Maka tak salah jika sosoknya yang begitu berkarisma ia
dipercaya memegang logistik oleh KOPASUS ketika menggelar operasi di
Tim-tim. Namun nasib lain hinggap pada dirinya, musibah yang dialaminya
di Tim-tim kala itu memaksa dirinya menjalani perawatan intensif di
RSPAD Jakarta.
Menurut pengakuan Hercules, dirinya masuk ke Jakarta pada sekitar tahun 1987. Awalnya Hercules masuk di Hankam Seroja penyandang cacat saat dirinya mendapatkan luka di bagian tangan dalam Operasi Seroja dan mendapatkan pelatihan keterampilan di sana. “Saat itu saya sudah main ke Tanah Abang dan setelah selesai di Hankam, saya ke Tanah Abang lagi. Saya merebut daerah hitam dan di situ pertarungan sengit. Hampir tiap malam ada orang mati,” kata Hercules.
Bersama teman-temannya dari Timor Timur, Hercules mulai membangun
daerah kekuasannya di Tanah Abang. Dari kelompok kecil, hingga Hercules
membawahi sekitar 17.000 orang ‘pasukannya’ yang tersebar di seluruh
wilayah Jakarta.
Dan dari situlah perjalanan hidupnya menjadi Hercules yang di kenal
sampai sekarang, ia jalani. Hidup di Jakarta tepatnya di daerah Tanah
Abang yang terkenal dengan daerah ‘Lembah Hitam’, seperti diungkapkan
Hercules daerah itu disebutnya sebagai daerah yang tak bertuan, bahkan
setiap malamnya kerap terjadi pembacokan dan perkelahian antar preman.
Hampir setiap malam pertarungan demi pertarungan harus dia hadapi. “Waktu itu saya masih tidur di kolong-kolong jembatan. Tidur ngak bisa tenang. Pedang selalu menempel di badan. Mandi juga selalu bawa pedang. Sebab setiap saat musuh bisa menyerang,” ungkapnya
Rasanya tidak percaya Hercules preman yang paling ditakuti, setidaknya di kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta. Tubuhnya tidak begitu tinggi. Badannya kurus. Hanya tangan kirinya yang berfungsi dengan baik. Sedangkan tangan kananya sebatas siku menggunakan tangan palsu. Sementara bola mata kanannya sudah digantikan dengan bola mata buatan.
Tapi setiap kali nama Hercules disebut, yang terbayang adalah kengerian. Banyak sudah cerita tentang sepak terjang Hercules dan kelompoknya. Sebut saja kasus penyerbuan Harian Indopos gara-gara Hercules merasa pemberitaan di suratkabar itu merugikan dia. Juga tentang pendudukan tanah di beberapa kawasan Jakarta yang menyebabkan terjadi bentrokan antar-preman.
Belum lagi sejumlah tawuran antar-geng yang merenggut korban jiwa atau luka-luka. Sejak pertengahan 80-an kelompok Hercules malang melintang di kawasan perdagangan Tanah Abang. Tak heran jika bagi warga Jakarta dan sekitarnya, nama Hercules identik dengan Tanah Abang.
Banyak cerita dari pria yang bernama lengkap Hercules Rozario Marshal ini. Mulai sepak terjangnya ketika memulai menjadi preman di Jakarta, isu kedekatannya dengan Prabowo Subianto, hingga pengakuannya yang kini belum pernah membunuh orang dan soal mitos yang menyebut dirinya kebal peluru.
Meski tubuhnya kecil, nyali pemuda kelahiran Timtim (kini Timor Leste) 45 tahun lalu ini diakui sangat besar. Dalam tawuran antar-kelompok Hercules sering memimpin langsung. Pernah suatu kali dia dijebak dan dibacok 16 bacokan hingga harus masuk ICU, tapi ternyata tak kunjung tewas. Bahkan suatu ketika, dalam suatu perkelahian, sebuah peluru menembus matanya hingga ke bagian belakang kepala tapi tak juga membuat nyawa pemuda berambut keriting ini tamat. Ada isu dia memang punya ilmu kebal yang diperolehnya dari seorang pendekar di Badui Dalam.
Pada suatu kesempatan ada yang mencoba menanyakan salah satu mitos yang beredar di kalangan masyarakat adalah apakah Hercules kebal peluru? Dengan tersenyum Hercules, membantah hal itu. “Kita tidak kebal peluru. Kita selalu selamat karena berbuat amal, membantu anak yatim piatu. Doa mereka yang selalu membuat saya selamat,” uangkapnya.
Di balik cerita-cerita seram mengenai dirinya, jarang yang mengetahui bahwa ternyata Hercules adalah penerima penghargaan Bintang Seroja dari pemerintah, saat bergerilya di Timor Timur.
Di balik sosok yang menyeramkan ini juga , ada sisi lain yang belum banyak diketahui orang. Dalam banyak peristiwa kebakaran, ternyata Hercules menyumbang berton-ton beras kepada para korban. Termasuk buku-buku tulis dan buku pelajaran bagi anak-anak korban kebakaran. Begitu juga ketika terjadi bencana tsunami di beberapa wilayah, Hercules memberi sumbangan beras dan pakaian. Soal beras, memang tidak menjadi soal baginya karena Hercules memiliki tujuh hektar sawah di daerah Indramayu, Jawa Barat. Bahkan juga bantuan bahan bangunan dan semen untuk pembangunan masjid-masjid. Sisi lain yang menarik dari Hercules adalah kepeduliannya pada pendidikan. “Saya memang tidak tamat SMA. Tapi saya menyadari pendidikan itu penting,” ujar ayah tiga anak ini.
Maka jangan kaget jika Hercules menyekolahkan ketiga anaknya di sebuah sekolah internasional yang relatif uang sekolahnya mahal. Bukan Cuma itu, ketika Lembaga Pendidikan Kesekretarisan Saint Mary menghadapi masalah, Hercules ikut andil menyelesaikannya, termasuk menyuntikan modal agar lembaga pendidikan itu bisa terus berjalan dan berkembang.
Hercules pun aktif duduk sebagai salah satu pimpinan di situ.
Walau bertahun-tahun mengembara di negeri orang, tapi sosok Hercules tetap berpegang teguh pada nilai-nilai budaya Timor Leste. Hal ini terlihat jelas saat sejumlah armada Koran ini bertandang ke kediamannya yang terletak daerah Kebun Jeruk, Jakarta, pada medio Juni 2004. Kedatangan armada STL yang dikomandoi Godinho Barros, yang tidak lain adalah saudara sepupu Hercules diterima dengan penuh kekeluargaan.
Hampir setiap malam pertarungan demi pertarungan harus dia hadapi. “Waktu itu saya masih tidur di kolong-kolong jembatan. Tidur ngak bisa tenang. Pedang selalu menempel di badan. Mandi juga selalu bawa pedang. Sebab setiap saat musuh bisa menyerang,” ungkapnya
Rasanya tidak percaya Hercules preman yang paling ditakuti, setidaknya di kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta. Tubuhnya tidak begitu tinggi. Badannya kurus. Hanya tangan kirinya yang berfungsi dengan baik. Sedangkan tangan kananya sebatas siku menggunakan tangan palsu. Sementara bola mata kanannya sudah digantikan dengan bola mata buatan.
Tapi setiap kali nama Hercules disebut, yang terbayang adalah kengerian. Banyak sudah cerita tentang sepak terjang Hercules dan kelompoknya. Sebut saja kasus penyerbuan Harian Indopos gara-gara Hercules merasa pemberitaan di suratkabar itu merugikan dia. Juga tentang pendudukan tanah di beberapa kawasan Jakarta yang menyebabkan terjadi bentrokan antar-preman.
Belum lagi sejumlah tawuran antar-geng yang merenggut korban jiwa atau luka-luka. Sejak pertengahan 80-an kelompok Hercules malang melintang di kawasan perdagangan Tanah Abang. Tak heran jika bagi warga Jakarta dan sekitarnya, nama Hercules identik dengan Tanah Abang.
Banyak cerita dari pria yang bernama lengkap Hercules Rozario Marshal ini. Mulai sepak terjangnya ketika memulai menjadi preman di Jakarta, isu kedekatannya dengan Prabowo Subianto, hingga pengakuannya yang kini belum pernah membunuh orang dan soal mitos yang menyebut dirinya kebal peluru.
Meski tubuhnya kecil, nyali pemuda kelahiran Timtim (kini Timor Leste) 45 tahun lalu ini diakui sangat besar. Dalam tawuran antar-kelompok Hercules sering memimpin langsung. Pernah suatu kali dia dijebak dan dibacok 16 bacokan hingga harus masuk ICU, tapi ternyata tak kunjung tewas. Bahkan suatu ketika, dalam suatu perkelahian, sebuah peluru menembus matanya hingga ke bagian belakang kepala tapi tak juga membuat nyawa pemuda berambut keriting ini tamat. Ada isu dia memang punya ilmu kebal yang diperolehnya dari seorang pendekar di Badui Dalam.
Pada suatu kesempatan ada yang mencoba menanyakan salah satu mitos yang beredar di kalangan masyarakat adalah apakah Hercules kebal peluru? Dengan tersenyum Hercules, membantah hal itu. “Kita tidak kebal peluru. Kita selalu selamat karena berbuat amal, membantu anak yatim piatu. Doa mereka yang selalu membuat saya selamat,” uangkapnya.
Di balik cerita-cerita seram mengenai dirinya, jarang yang mengetahui bahwa ternyata Hercules adalah penerima penghargaan Bintang Seroja dari pemerintah, saat bergerilya di Timor Timur.
Di balik sosok yang menyeramkan ini juga , ada sisi lain yang belum banyak diketahui orang. Dalam banyak peristiwa kebakaran, ternyata Hercules menyumbang berton-ton beras kepada para korban. Termasuk buku-buku tulis dan buku pelajaran bagi anak-anak korban kebakaran. Begitu juga ketika terjadi bencana tsunami di beberapa wilayah, Hercules memberi sumbangan beras dan pakaian. Soal beras, memang tidak menjadi soal baginya karena Hercules memiliki tujuh hektar sawah di daerah Indramayu, Jawa Barat. Bahkan juga bantuan bahan bangunan dan semen untuk pembangunan masjid-masjid. Sisi lain yang menarik dari Hercules adalah kepeduliannya pada pendidikan. “Saya memang tidak tamat SMA. Tapi saya menyadari pendidikan itu penting,” ujar ayah tiga anak ini.
Maka jangan kaget jika Hercules menyekolahkan ketiga anaknya di sebuah sekolah internasional yang relatif uang sekolahnya mahal. Bukan Cuma itu, ketika Lembaga Pendidikan Kesekretarisan Saint Mary menghadapi masalah, Hercules ikut andil menyelesaikannya, termasuk menyuntikan modal agar lembaga pendidikan itu bisa terus berjalan dan berkembang.
Hercules pun aktif duduk sebagai salah satu pimpinan di situ.
Walau bertahun-tahun mengembara di negeri orang, tapi sosok Hercules tetap berpegang teguh pada nilai-nilai budaya Timor Leste. Hal ini terlihat jelas saat sejumlah armada Koran ini bertandang ke kediamannya yang terletak daerah Kebun Jeruk, Jakarta, pada medio Juni 2004. Kedatangan armada STL yang dikomandoi Godinho Barros, yang tidak lain adalah saudara sepupu Hercules diterima dengan penuh kekeluargaan.
Menurut pegakuan Hercules , dia beberapa kali berurusan dengan
kepolisian. Meski pernah dipenjara beberapa waktu, Hercules mengakui
hingga saat ini dirinya belum pernah sekali pun melakukan tindakan
pembunuhan dan pemerasan. Dalam kasus penyerangan ke kamar Jenazah RSCM,
Hercules menyebutkan saat itu ditahan selama 60 hari dan pada kasus
Indopos, dirinya ditahan selama 40 hari.
“Saya tidak pernah ditahan karena membunuh orang, memeras orang. Nama
saya di kepolisian masih bersih. Mudah-mudahan tidak ada,” ucapnya.
Dalam kasus premanisme, lanjut Hercules, preman berasal dari kata
free-man yang berarti orang bebas. Banyaknya preman yang muncul
dikarenakan masalah pendidikan dan tidak dimilikinya keterampilan untuk
berkembang. Namun jika preman itu melakukan tindakan kekerasan maka
adalah tanggung jawab kepolisian untuk menindaknya.
Biasanya preman ini berakhir bekerja sebagai debt collector. Hercules
pun juga mengakui dirinya pernah bekerja debt collector.”Ya kalau tidak
dibayar ya saya tagih,” katanya.
Mengenai pertobatannya, dia mengungkapkan bahwa sejak tahun 2006
lalu, dia memutuskan memulai pertobatannya. Kini Hercules mengaku
memasuki dunia bisnis seperti kapal, dan perikanan. “Manusia hidup
sementara. Mati akan dipanggil satu-satu, tinggal menunggu kematian.
Sekarang, saya sadar, saya bertobat, masuk dunia bisnis dan membantu
manusia yang membutuhkan,” kata Hercules yang menyebut pertobatan
Hercules ini dimulai sejak 10 tahun yang lalu.
Hercules pun membuat ormas yang disebutnya sebagai Gerakan Rakyat
Indonesia Baru (GRIB). Dengan ormas ini Hercules berharap dapat membantu
masyarakat lainya yang terkena musibah.
Kalau dityanya soal kedekatan Hercules dengan Prabowo. Hercules
menegaskan bahwa dirinya dengan Prabowo Subianto mempunyai kedekatan
emosional. Hal itu dikarenakan dirinya bersama Prabowo adalah alumni
dari Timor Timur. Namun, tidak hanya kepada Prabowo saja Hercules dekat
secara emosional, pria ini juga mengaku dekat dengan orang-orang yang
sama-sama berjuang di Timor Timur.
“Jadi bukan hanya Prabowo saja. Tidak ada hubungannya dengan yang lain selain emosional,” terangnya.
Sumber :
- http://bpn16.wordpress.com/2010/09/12/hercules-preman-tanah-abang/
Johny Indo
Johny Indo | |
---|---|
Nama lahir | Johanes Hubertus Eijkenboom |
Nama lain | Johny Indo Umar Billah |
Lahir | 6 November 1948 Garut Jawa Barat Indonesia |
Pekerjaan | pemeran |
Johanes Hubertus Eijkenboom atau lebih populer dengan nama Johny Indo (lahir di Garut, Jawa Barat, 6 November 1948; umur 63 tahun) adalah pemeran Indonesia.
Latar belakang
Johny Indo awalnya dikenal sebagai
perampok toko emas di Jakarta dan
sekitarnya pada era tahun 1970an yang dilakukan pada siang hari bersama
kelompoknya Pachinko (Pasukan China Kota).Aksi paling terkenal Johnny
Indo adalah merampok toko emas di Cikini, Jakarta Pusat, pada 1979.
Johny Indo berhasil dengan ditangkap di
Sukabumi setelah kelompok Pachinko lebih dulu ditangkap.Johny Indo
kemudian dijatuhi hukuman penjara 14 tahun dan dijebloskan ke Penjara
Nusa Kambangan.
Namun baru tiga tahun menjalani hukuman, ia dan gerombolan berjumlah 34
orang berusaha melarikan diri dari Nusa Kambangan, tapi kemudian ia
berhasil ditangkap setelah bertahan selama 12 hari.Setelah
bebas, ia sempat bermain dalam sejumlah film yang salah satunya
mengangkat kisah dirinya dalam film Johny Indo pada tahun 1987. Saat
ini, ia menjadi dai.