Indonesia adalah negara kaya. Lihat saja, kehidupan orang-orang yang luar biasa. Mereka kaya raya. Apapun mereka punya.
Rumah real estate, besar, tingkat lengkap
dengan dilengkapi kolam renang yang begitu mewah. Mobil, jangan
diragukan. Mereka memiliki segala jenis merek mobil, dari mobil yang
biasa saja hingga mobil-mobil mewah yang harganya milyaran. Rumah itu
juga dijaga ketat oleh sekuriti, bahkan dilengkapi oleh anjing-anjing
Herder yang siap memberikan kode bila ada tanda-tanda pengganggu lewat.
Makanya tidak heran, kota-kota besar seperti Jakarta tiap hari,
pagi, sore begitu sesak oleh mobil-mobil mewah. berjubelnya mobil yang
hanya berpenumpang satu orang itu menandakan bahwa Jakarta memang banyak
orang kaya raya.
Tidak hanya punya satu rumah, tetapi hampir di setiap kawasan elit
dia punya. Rumah-rumah mewah denga perlengkapan serba luks dengan harga
yang tidak sedikit. Mereka juga memiliki beberapa sopir hanya untuk
memegang mobil-mobil yang berjajar. Mobil itu, tentunya bukan sekedar
memang perlu tetapi sebagai hobby yang tak bisa dilepaskan. Sehingga
suatu hal biasa ketika keluarga yang hanya tiga orang bisa memiliki enam
mobil.
Belum lagi motor-motor gede yang suka meraung-raung di jalan raya.
Mereka kadang tidak hanya memiliki 1, 2 moge, tetapi kadang lebih dari
jumlah itu. Sehingga hampir semua anggota keluarga memiliki motor gede
itu. Wajar saja, karena itu semua hanyalah hobi, tiap momen-momen libur
mereka turun ke jalan dengan raungan khas mereka.
Mereka pun memiliki komunitas orang-orang kaya yang mempunyai hobi
yang sama. Sehingga ketika komunitas itu keluar, berjalan di jalan raya
kita melihat mereka seperti pejabat yang lewat, yang kadang mengalahkan
kendaraan-kendaraan murah dan kecil.
Berbeda dengan mereka….
Kita melihat situasi yang sangat kontradiktif. Di Jakarta ternyata
bukan hanya kota kaya, tetapi mungkin juga layak untuk di sebut kota
yang memilukan. Bagaimana tidak, di tengah-tengah orang super kaya raya
dengan properti yang luar biasa, masih banyak anak jalanan yang begitu
gigih menjajakan suara-suara sumir kemiskinan rakyat Indonesia yang
sesungguhnya.
Kolong-kolong jembatan, kuburan-kuburan tua, perempatan-perempatan
jalan, kanan-kiri mobil-mobil mewah dan tempat-tempat pembuangan sampah
sementara adalah tempat-tempat favorit mereka untuk
mencari rejeki hanya sekedar untuk mencari makan dan sesuap nasi. Mereka
nampak lusuh, pakaian compang-camping, wajah kuyu, rambut merah bukan
karena pewarnaan namun karena dahsyatnya terik matahari kota Jakarta.
Belum mereka membawa balita, digunakan untuk menjajakan keibaan
untuk menarik simpati para pengguna jalan raya baik yang mewah atau yang
biasa-biasa saja. Kehidupan mereka begitu diwarnai dinamika jalanan.
Debu, hujan, asap kendaraan bermotor adalah menu mereka sehari-hari.
Kontras dengan dunia mereka yang, di dalam mobil orang-orang kaya
mengenakan pakaian yang super mahal dan selalu baru, menggunakan
perhiasan yang kemilau dan bervariasi, mobil yang berpendingin, mobil
yang dipenuhi cemilan-cemilan lumayan enak.
Ironi negeri tercinta.
Belum lagi para pejabat yang tidak amanah. Mereka berpesta pora
berebut kue-kue kemewahan jabatan. Mereka sering menerima hadiah-hadiah
yang seharusnya tidak mereka terima. Belum lagi proyek-proyek kelas
kakap yang nilainya milyaran yang dibagi-bagikan kepada kroni-kroni
mereka. Tidak sedikit dari mereka yang pertambahan hartanya begitu
dahsyat. Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, hari demi
hari mereka isi dengan kegiatan-kegiatan koruptif yang menggeruk hak-hak
kaum miskin.
Sungguh indah hidup mereka. Apa-apa ada dan tersedia.
Apakah aka nada di Indonesia ini dermawan-dermawan misterius yang
merahasiakan budi baik mereka? Atau apakah orang-orang kaya itu ada yang
bersedia mendermakan harta-hartanya untuk kepentingan orang-orang yang
memerlukan, seperti yang terjadi di Jepang?
Peristiwa di sebuah toilet di tempat perbelanjaan di Sakado Jepang
harusnya jadi pelajaran mulia bagi mereka, orang-orang kaya raya di
negeri ini. Pada tanggal 22 September kemarin telah ditemukan seplastik
uang sejumlah 10 juta yen ( Rp 1.17 milyar ) dengan tidak meninggalkan
kartu identitas yang bisa dilacak.
Tumpukan uang itu hanya disertai tulisan pesan yang berbunyi, “Saya sebatang kara. Saya tidak mempunyai masa depan jadi biarkan warga Tohuku menggunakan uang ini.“ (TribunNews.com).
Orang kaya mana, di negeri ini, yang berani seperti orang misterius itu?
sumber