‘Hatinya
penuh kebencian’, begitu kalimat yang paling sering didengar jika
menunjuk orang yang penuh rasa benci. Ternyata bukan hati yang memicu
rasa benci tapi otak.
Peneliti mengungkapkan bahwa rasa benci berasal dari beberapa daerah
otak yang menjadi aktif. Ilmuwan berhasil menemukan dasar-dasar
neurologis dari kebencian.
Ahli saraf Semir Zeki dari University College London’s Laboratory of
Neurobiology melakukan studi yang melibatkan 17 partisipan orang dewasa
dengan menggunakan alat functional magnetic resonance imaging (fMRI).
Dalam studi ini peserta yang terlibat diperlihatkan gambar-gambar
orang dibencinya serta foto orang dikenal tapi tidak dibenci. Kemudian
peneliti mengidentifikasi daerah di otak yang terkait dengan perasaan
benci itu.
Hasil penelitian menemukan ada ‘sirkuit (lingkaran) kebencian’ di
otak yang melibatkan beberapa daerah di otak menjadi lebih aktif seperti
medial frontal gyrus, putamen kanan, premotor cortex dan medial insula.
Seperti dikutip dari Scientificamerican, Rabu (23/3/2011),
daerah otak ini juga terlibat dalam memulai perilaku agresif, tapi
perasaan yang terkait dengan agresif itu sendiri seperti kemarahan,
bahaya dan takut menunjukkan pola yang berbeda.
Jika daerah-daerah di otak ini menjadi aktif maka akan menimbulkan
rasa benci seseorang terhadap sesuatu atau orang lain. Hasil studi ini
telah dilaporkan dalam edisi Oktober 2008PLoSONE.
Salah satu area yang diaktifkan ketika seseorang benci kemungkinan
juga berfungsi saat orang menilai orang lain dan memprediksi
perilakunya. Sedangkan untuk perasaan cinta tampaknya daerah otak ini
dinonaktifkan.
Sedangkan area putamen dan insula yang diaktifkan ketika membenci
sesuatu ternyata juga diaktifkan saat terjadinya cinta romantis.
Hubungan ini kemungkinan menjelaskan mengapa cinta dan benci sangat
terkait erat satu sama lain dalam hidup.
Hasil studi ini masih menjadi langkah awal, dan diharapkan nantinya
akan ada studi lebih lanjut mengenai aspek dan jenis kebencian pada
situasi yang berbeda.
Hal ini menjadi penting untuk mengetahui bagian otak mana yang dirugikan akibat adanya kecenderungan emosional yang berubah