Bagaimana cara menghadapi trauma akibat pengkhianatan suami? Sudah
berusaha dan mencoba menerima kesalahan suami, tapi sampai saat ini
(sudah 6 bulan) ingatan akan setiap cerita perselingkuhan itu masih
terus berputar di otak ana, seakan-akan baru terjadi beberapa hari saja.
Memang suami sudah menyatakan bertobat, tapi ana masih belum percaya,
sebab ketika ia menyatakan tobat yang pertama dulu, ternyata ia tidak
sungguh-sungguh dan masih berhubungan dengan wanita tersebut. Hal ini
ana ketahui dari pengakuan wanita tersebut, dan akhirnya dibenarkan
oleh suami saya. Ana khawatir dengan diri ana yang tidak bisa tenang
menjalankan peran ana sebagai istri. Apa yang harus ana lakukan ustadz?
085766xxxxxxxx
JAWABAN:
Bismillahirrahmanirrahim,
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad, keluarganya, para
sahabatnya serta orang-orang yang berpegang teguh dengan ajarannya
hingga akhir zaman.
Saudari –semoga dirahmati Allah-, kami turut prihatin atas masalah
yang tengah menimpa anda. Semoga anda diberi ketabahan oleh Allah.
Sesungguhnya di dalam kehidupan dunia ini tidak ada sesuatu apapun
yang bersifat kekal dan abadi. Semuanya akan hancur dan berakhir kecuali
Allah Ta’ala. Cinta yang harum semerbak di kala muda, kini sirna tanpa
bekas. Kekasih yang dahulu dipuja ternyata kini mengecewakan. Kehidupan
yang dulu terasa indah ternyata tidak bertahan lama. Harapan yang dulu
melambung tinggi, kini menjadi sirna. Pada akhirnya, hanya Allah
Ta’ala-lah yang Maha Kekal dan Abadi, dan semuanya akan kembali
menghadap Allah untuk mempertanggung jawabkan segala apa yang telah
diperbuatnya selama hidup di dunia.
Perselingkuhan adalah sebuah kesalahan besar yang sangat sulit
dimaafkan oleh siapapun dari setiap pasangan suami istri yang saling
mencintai dan menyayangi. Tiada yang dapat menghilangkan rasa sakit hati
karena perselingkuhan tersebut selain rasa ikhlas yang benar-benar
tulus dari dalam lubuk hati.
Saudariku seislam, kemungkaran sekecil apapun yang terjadi dalam
kehidupan rumah tangga, apabila dibiarkan tanpa dicegah maka akan
meruntuhkan pondasi rumah tangga yang akhirnya berujung pada perceraian.
Maka dari itu, kami sarankan kepada anda, pertama-tama hendaklah anda
mengerti bahwa apa yang terjadi dalam rumah tangga anda merupakan salah
satu ujian diantara sekian banyak ujian yang Allah timpakan kepada
anda, dan ujian itu adakalanya berupa kebaikan dan adakalanya berupa
keburukan. Maka hadapi dan sikapilah setiap ujian itu sesuai dengan
petunjuk Allah dan rasul-Nya di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah agar anda
meraih pahala dan keridhoan dari Allah Ta’ala.
Manakala ujian itu berupa keburukan dan kemungkaran, maka sikap yang
benar bagi anda sebagai seorang istri yang beriman kepada Allah dan hari
akhir, apabila melihat suatu kemungkaran yang dilakukan oleh suami,
maka anda tidak boleh pasrah dan menerimanya dengan begitu saja, apalagi
membiarkannya terjadi berulang kali dan berlarut-larut dalam kehidupan
rumah tangga anda. Akan tetapi hendaknya anda bersegera mencegah dan
mengingkarinya dengan ilmu dan hikmah sebatas kemampuan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ
لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ
وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ
“Barangsiapa diantara kamu melihat suatu kemungkaran, maka
hendaklah ia merubah (mengingkari)nya dengan tangannya. Apabila ia tidak
mampu, maka hendaklah ia merubahnya dengan lisannya (nasehat). Dan
apabila ia tidak mampu, maka hendaklah ia merubahnya dengan hatinya
(membencinya). Dan (mengingkari kemungkaran dengan hati) itu merupakan
selemah-lemahnya keimanan.” [HR. Muslim I/219 (no.186)]
Anda mengingkari perselingkuhan suami anda dengan cara memberikan
nasehat dan mengingatkannya akan bahaya dosa dan maksiat yang
dilakukannya bagi kehidupannya di dunia dan akhirat. Jangan merasa bosan
dalam menyampaikan nasehat kepadanya karena sesungguhnya anda sedangkan
menjalankan ibadah agung yang berpahala besar. Disamping itu pula,
banyaklah berdoa kepada Allah agar Dia membukakan pintu hati suami anda
untuk mau menerima nasehat dan peringatan serta bertaubat dari perbuatan
keji tersebut.
Ajaklah suami anda untuk aktif menghadiri majlis-majlis ta’lim yang
diajarkan di dalamnya Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang mengajarkan
kebaikan-kebaikan dan memperingatkan dari keburukan-keburukan. Dan
dengan ini suami anda pun akan terbiasa berkumpul dengan teman-teman
baik yang dapat membantunya bertaubat dari kebiasaan buruknya, dan mulai
membangun kembali rumah tangganya yang telah dinodainya menurut
bimbingan islam.
Selain itu juga, hendaklah saudari intropeksi diri agar dapat
mengetahui hal-hal yang menyebabkan suami anda berbuat selingkuh dengan
wanita lain. Apakah anda sudah berperan seoptimal mungkin sebagai
seorang istri? Perlakukan dan layanilah suami anda sebagaimana mestinya,
tunaikan dengan baik hak-haknya, dengarkan dan taati perintahnya yang
tidak mengandung dosa, hiburlah ia tatkala sedih, dan bantulah
menyelesaikan problem-problem yang dihadapinya. Mudah-mudahan dengan
melakukan ini semua akan tumbuh dan bersemi kembali di dalam hati suami
anda rasa cinta dan sayang yang telah layu atau hilang. Suami anda akan
merasa betah berada di sisi anda. Bi-idznillah.
Apabila anda sudah melakukan itu semua dalam tempo yang tidak
sebentar, dan hasil yang diharapkan pun ternyata tidak nampak sama
sekali, dalam arti suami tidak mau bertaubat dengan taubat nasuha, namun
tetap melakukan perselingkuhan dengan wanita lain, maka jangan
tergesa-gesa mengambil keputusan untuk bercerai dari suami anda, tetapi
mintalah petunjuk kepada Allah dan bermusyawarahlah dengan pihak-pihak
lain yang dapat membantu untuk menyelesaikan problem yang sedang menimpa
anda. Kemudian selanjutnya, pertimbangkan dengan matang antara maslahat
dan madharat jika anda mengambil keputusan mempertahankan rumah tangga
anda atau bercerai dengan suami. Ambil dan ikuti keputusan dan
pertimbangan yang mengandung maslahat lebih besar daripada madharatnya.
Dan tinggalkanlah keputusan yang mengandung madharat lebih besar
daripada maslahatnya.
Sebelum kami akhiri jawaban singkat ini, kami sampaikan firman Allah Ta’ala:
الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan
laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan
wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki
yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” [QS. An-Nuur: 26]
Wallahu a’lam bisshawab, dan hanya Allahlah tempat berlindung dan Maha Pemberi Pertolongan.
[Sumber: Majalah Nikah Sakinah Volume 8 No.12, Tanggal 15 Maret – 15 April 2010]