Kebutuhan
akan seks amatlah penting, terutama dianjurkan bagi pasangan yang sudah
menikah, kekurangan hasrat untuk melakukan hubungan seksual dapat
menyebabkan ketidakharmonisan dalam rumah tangga.. Namun bagaimana
dengan kasus sebaliknya yakni "Kecanduan Seks aliasHiperseks)", hayoo!!
apakah Kamu termasuk dalam kategori ini hehe..
Kecanduan
seks (sexual addiction) sering dianggap bukan merupakan masalah bagi
banyak orang. Padahal, bagi penderita dan pasangan hidupnya, gangguan
itu bisa sangat merusak. Tidak hanya merusak kehidupan pribadi
penderitanya, tetapi juga lingkungan sosial, keluarga, dan terutama
pasangan hidup penderita.
Menurut
para ahli, kecanduan seksual adalah kegiatan seks yang sesuai ukuran
kelaziman tergolong di luar kendali. Pengidap kecanduan seks merasa
terdorong untuk mendapatkan dan membenamkan diri dalam kegiatan seksual, meski menyadari semua risiko yang mungkin dihadapi.
Seks
bisa menimbulkan kecanduan sebagaimana alkohol dan obat-obat terlarang.
Saat berkegiatan seks, tubuh melepaskan senyawa kimia yang membuat
tubuh kita menjadi nyaman. Sejumlah orang menjadi kecanduan untuk
mengeluarkan senyawa kimia ini dan menjadi terobsesi untuk mendapatkan
lagi dan lagi dan lagi, rasa nyaman yang ditimbulkan.
Sebagaimana
kecanduan terhadap yang lainnya, tubuh semakin terbiasa dengan
terlepasnya senyawa kimia tersebut. Tubuh pecandu butuh jumlah yang
semakin banyak, semakin banyak, dan semakin banyak, yang artinya merasa
butuh nge-seks terus, tak pernah ada puasnya.
Menurut
perkiraan konservatif, 3 hingga 6 persen dari populasi masyarakat
mengidap kecanduan seks dan 20 persen di antaranya adalah wanita.
Mereka berasal dari berbagai lapisan masyarakat. Namun, angka tiga
hingga enam persen itu diperkirakan terlalu rendah dari jumlah pengidap
sesungguhnya.
Sejak
dibukanya internet dengan aneka jasa layanan seksual yang murah tanpa
harus membuka identitas diri peminatnya, para ahli hanya bisa tahu bahwa
pengidap kecanduan seks itu meningkat tajam tanpa tahu persis jati diri
mereka. Dengan terbatasnya layanan pertolongan bagi penderita, para
ahli berpendapat jumlah penderita kecanduan seks itu akan terus
meningkat.
Di
antara terpenuhinya kebutuhan seksual dan senyawa kimia yang tinggi,
muncullah keterpurukan. Hal ini sering dikenali dengan adanya perasaan
malu, menyesal, menderita, memelas, dan gelisah. Pengidap kecanduan bisa
merasa terpencil, terisolasi, dan tak berdaya untuk mengubah
perilakunya.
Nah,
seiring dengan terus berputarnya lingkaran tak berujung itu, pengidap
kecanduan terus berupaya mendapatkan seks sebagai upaya untuk melarikan
diri dari perasaan yang membelenggu.
Ciri -Ciri Kamu Hiper Seks (Kecanduan Seks)
Lalu, seperti apakah Ciri -ciri Kamu sedang menderita kecanduan seks?
Dr Patrick Carnes salah seorang terapis profesional masalah seks mengisyaratkan adanya 10 kemungkinan tanda yang perlu diwaspadai:
- Merasakan bahwa perilaku seks Kamu tidak terkendali.
- Sadar bisa muncul akibat yang parah bila Kamu terus berlanjut dengan perilaku itu.
- Merasa tak sanggup menghentikan perilaku Kamu meski sadar akan akibatnya.
- Tetap memburu kegiatan seks yang destruktif dan/atau berisiko tinggi itu.
- Terus berharap akan menghentikan atau mengendalikan apa yang Kamu lakukan dan bertindak aktif untuk membatasi kegiatan berbahaya yang Kamu lakukan.
- Menggunakan fantasi-fantasi seksual sebagai cara untuk mengatasi perasaan atau situasi sulit.
- Butuh nge-seks terus-menerus agar selalu merasa nikmat.
- Menderita akibat perasaan yang terus bergejolak di seputar kegiatan seks.
- Menghabiskan banyak waktu guna merencanakan, melakukan, atau menyesali dan melakukan lagi kegiatan seksual.
- Mengabaikan kegiatan sosial, kegiatan kantoran, dan kegiatan rekreasional yang penting demi seks.
Jika
Kamu melihat ada salah satu dari tanda-tanda di atas yang terdapat
dalam perilaku kamu, langkah terpenting yang dapat dilakukan adalah
mengakui bahwa kecanduan seksual adalah suatu problem yang nyata dan
tidak bisa hilang begitu saja atau akan hilang dengan sendirinya.
Kamu harus memilih sikap bertanggung jawab secara pribadi demi pulihnya gangguan yang bisa jadi sedang kamu alami. ....
Umumnya
pengidap gangguan seks memang merasa kesulitan untuk mengubah sendiri
perilaku mereka. Namun, setidaknya sedikit demi sedikit kamu harus mampu
meminimalisasi perilaku sebagaimana tergambar pada tanda-tanda di atas
meski kadang siklus datangnya dorongan untuk mengulangi perbuatan
terlalu kuat untuk dilawan.
Seorang
terapis profesional dapat membantu kamu untuk memahami apa yang
sesungguhnya terjadi dan mendorong kamu mengambil langkah untuk berubah
menuju ke gaya hidup seksual yang lebih sehat. Sebaliknya, bila kamu
menduga bahwa pasangan hidup kamu adalah penderita kecanduan seks, sudah
seharusnya Kamu membantu untuk mengubah perilaku tersebut.
Sikap
mental yang perlu kamu persiapkan untuk diri sendiri adalah, tak
seorang pun akan sembuh dari kecanduan kecuali menerima bahwa mereka
mengidap suatu gangguan dan ingin berubah.
Karena
itu, bantulah memperkuat tekad pasangan kamu yang kecanduan agar
semakin kuat kemauannya untuk melakukan perubahan.Memang repot,
menyakitkan, dan membingungkan punya pasangan yang kecanduan seks.
Kalau
di masyarakat Barat, bahkan tersedia bantuan bagi mereka yang memiliki
pasangan pecandu seks. Bantuan itu bisa bersifat pribadi maupun dalam
bentuk kelompok pendamping (support group).
Bentuk kecanduan dan Akibatnya
Kecanduan
seks dapat memperlihatkan berbagai bentuk, tetapi umumnya dikenali dari
perilaku yang terasa di luar kendali. Perilaku ini mencakup:
* Menghabiskan banyak waktu untuk menikmati produk-produk pornografi
* Masturbasi tak terkendali
* Ekshibisionisme (mempertontonkan kemaluan pada orang lain)
* Voyeurisme (memaksa orang lain berhubungan seks)
* Fetishes (pemujaan berlebihan terhadap seks)
* Seks berisiko tinggi
* Pelacuran
* Telepon seks dan nge-seks lewat internet
* Perselingkuhan
* Berhubungan seks dengan pasangan yang baru saat itu dikenal
Menurut Dr Carne, survei mengungkapkan akibat dari perilaku kecanduan seks, antara lain:
* 70 persen mengalami gangguan yang parah dengan pasangan hidupnya
* 40 persen kehilangan pasangan hidup
* 27 persen kehilangan peluang dalam karier
* 40 persen mengalami kehamilan yang tak diinginkan
* 72 persen terobsesi ingin bunuh diri
* 17 persen mencoba bunuh diri
* 68 persen terkena penyakit menular seksual.