Pernahkah Anda
berpikir seperti apa wanita pada tahun 10.000 SM? Melihat yang terjadi
saat ini, wanita tampil cantik dan menarik dengan polesan kosmetik di
wajahnya.
Tentu penemuan kosmetik bukan tanpa sebab. Berikut ulasan Vanity Fair
tentang kosmetik dan kecantikan wanita dari zaman ke zaman.
1. Spiritualitas
Pernahkah Anda melihat gambar-gambar wanita Mesir Kuno? Kecantikan
klasik mereka dihiasi dengan warna yang mencolok. Bagi mereka,
penampilan yang menarik dan aroma tubuh merupakan hal penting, karena
ekspresi dari ungkapan 'kebersihan adalah nilai-nilai ketuhanan'.
Masyarakat Mesir Kuno tergolong sebagai orang yang sangat religius dan
percaya bahwa penampilan mereka secara langsung berhubungan dengan
tingkat spiritualitas. Karena itu, dalam keadaan sembahyang pun, mereka
harus menemukan cara untuk membuat dirinya terlihat rapi dan menarik.
Mereka juga dikenal sebagai orang yang sangat pandai dan inovatif.
Penemuan kosmetik adalah inovasi yang mereka kembangkan dari bahan-bahan
alami. Percayakah Anda bahwa mereka memiliki produk kosmetik yang dapat
menghilangkan strecth mark, keriput, bekas luka, dan membuat rambut
berkilau pada sekitar tahun 15 hingga 10 SM?
Beberapa kosmetik lainnya yang berkembang saat itu adalah riasan mata,
krim wajah, dan parfum. Penemuan kosmetik saat itu erat kaitannya dengan
penggunaan bahan yang disebut dengan mesdemet yang terbuat dari tembaga
dan oksidasi timah. Bahan tersebut memang tidak aman untuk
diaplikasikan pada wajah, tapi mereka melakukannya karena kedua bahan
mampu bekerja dengan sempurna.
Mereka menggunakan warna hijau di garis mata bagian bawah, warna hitam
atau abu-abu pada garis mata atas dan kelopak mata. Selain dipercaya
dapat mempercantik penampilan mereka, warna-warna tersebut juga
dipercaya dapat menangkal mata setan.
Mata setan diartikan sebagai serangga, karena saat itu terdapat banyak
serangga penggangu di sekitar Sungai Nil. Kosmetik dibuat dengan tujuan
ganda dan banyak yang digunakan sebagai sarana pengobatan.
Kombinasi almond bakar dengan tembaga dan biji timah digunakan sebagai
riasan mata yang disebut celak atau eyeliner. Bubuk hitam tersebut
diaplikasikan dengan menggunakan tongkat tembaga kecil. Sedangkan untuk
mendapatkan warna merah pada pipi dan bibir, mereka mencampurkan tanah
merah dan air. Kecantikan kuku pun tak dilupakan. Mereka menggunakan
tumbuhan hena untuk mewarnai kuku dengan warna oranye atau kuning.
Orang-orang Mesir Kuno tak hanya pandai dalam menggunakan produk-produk
alam. Beberapa penelitian yang dilakukan oleh L'Oreal bersama peneliti
Louvre di Paris mengungkapkan bahwa mesdemet terbuat dari 7-10 persen
lemak. Dan, hal tersebut sama saja dengan komponen-komponen kosmetik
saat ini.
2. Perubahan fungsi kosmetik
Pada 10.000 SM, kosmetik tak hanya digunakan untuk meningkatkan
kecantikan wanita, tapi juga pria. Untuk membersihkan kosmetik, mereka
menggunakan pembersih yang terbuat dari minyak nabati atau hewani yang
dicampur dengan bubuk kapur.
Udara yang panas pun membuat mereka menggunakan minyak parfum untuk
menjaga kelembutan kulit dan wangi tubuh. Seiring berjalannya waktu,
melalui invasi dan migrasi, serta akulturasi budaya, fungsi kosmetik pun
berubah. Jika orang-orang Mesir Kuno menggunakan kosmetik yang
berhubungan erat dengan kepercayaan mereka, Orang Yunani kuno
menggunakan kosmetik untuk menarik perhatian lawan jenis.
Lain lagi dengan orang-orang Romawi yang menggunakan kosmetik dengan
latar belakang kesombongan. Tak hanya di wajah, mereka bahkan
menggunakan kosmetik di seluruh tubuhnya. Seorang Romawi bernama Platus
bahkan berujar 'wanita tanpa kosmetik seperti makanan tanpa garam'.
Gaya hidup orang Romawi tanpa batas, termasuk sumber kosmetik yang
mereka gunakan. Misalnya, mereka menggunakan lemak dari domba, dicampur
dengan darah untuk membuat cat kuku. Mereka bahkan mandi menggunakan
lumpur yang dicampur dengan kotoran buaya.
3. Tren wajah pucat
Selama berabad-abad, wajah pucat adalah penampilan yang sangat
diinginkan karena akan mendefinisikan strata yang tinggi pada kehidupan
sosial. Itu karena mereka yang bekerja di ladang akan memiliki kulit
yang kusam dan hitam, sementara yang bekerja di dalam ruangan akan
memiliki kulit putih.
Lalu, mereka yang berkulit pucat memiliki banyak uang sehingga tidak
perlu bekerja. Untuk mendapatkan penampilan tersebut, para wanita dan
pria menggunakan bedak bubuk yang terbuat dari hidroksida, karbonat, dan
oksida timah.
Sayangnya, ada harga yang harus dibayar untuk mendapatkan bedak
tersebut. Karena itulah, mereka mencari alternatif kosmetik lainnya.
Pada abad ke-19, bedak yang terbuat dari hasil oksidasi besi ditemukan.
Bedak inilah yang masih digunakan hingga saat ini.
Seiring dengan perpindahan industri kosmetik ke Hollywood di abad ke-20,
tren wajah pucat tergantikan oleh kulit kecokelatan. Inilah yang
menjadi landasan baru bagi penciptaan seluruh produk kecantikan. Pada
1929, muncul foundation dan bedak yang dapat mencokelatkan kulit secara
instan.
4. Penampilan lebih muda
Selama tahun 1900, banyak wanita paruh baya melakukan kegiatan di dunia
hiburan. Karena itulah mereka harus terlihat cantik dan lebih muda.
Namun, gaya hidup yang tidak sehat seperti tidak makan makanan sehat,
tidak berolahraga, dan hidup di dalam udara penuh polusi, membuat
penampilan terlihat lebih tua.
Sehingga, mereka sangat bergantung pada kosmetik, terutama krim wajah
dan produk anti penuaan. Cara lainnya, mereka selalu menyempatkan diri
mengunjungi salon-salon kecantikan. Salah satu salon yang paling
terkenal pada masa itu adalah House of Cyclax di London.
Lucunya, mereka sangat malu mengakui kalau memerlukan perawatan
kecantikan. Karena itu, perawatan dilakukan secara diam-diam. Pemilik
House of Cyclax juga menjual krim wajah, dan perona pipi secara
diam-diam. Salah satu produknya adalah kertas bubuk berwarna, yang jika
ditekan pada wajah yang berminyak, maka minyak akan terserap di kertas
tersebut dan wajah menjadi bersinar.
5. Industri kosmetik populer di abad ke-20
Seiring meningkatnya popularitas salon kecantikan di abad ke-20,
penjualan kosmetik tak lagi dilakukan diam-diam. Industri kosmetik pun
semakin mapan. Hal ini dimulai dari pergerakan penjualan kosmetik oleh
Salon Selfridges yang dibuka di London pada 1909. Wanita semakin percaya
diri dan tidak khawatir tentang apa yang orang lain pikirkan.
Kosmetik adalah bagian dari seni. Salah satu pengaruh terbesar dari
perkembangan kosmetik adalah seni pertunjukan, lebih tepatnya balet.
Ketika penari Balet asal Rusia datang ke London, seorang desainer, Paul
Poiret, mengambil gaya tersebut dan menciptakan keseluruhan penampilan
mereka yang lebih berwarna. Penampilan tersebut tercermin pada kosmetik,
tidak hanya pada pakaian yang digunakan.
Peran kosmetik sempat tergantikan dengan adanya tren tato. Beberapa
wanita lebih memilih menato alis, pipi dan bibir agar tidak direpotkan
dengan ritual berdandan setiap hari. Penggunaan kosmetik juga sempat
menyusut selama Perang Dunia II karena mereka kekurangan bahan untuk
memproduksi kosmetik. Namun, ketika perang usai, wanita kembali
dimanjakan dengan berbagai macam kosmetik.
6. Menutupi kekurangan
Saat ini, kosmetik pun menjadi kebutuhan mendasar bagi penampilan wanita
dan pria. Tak peduli apa pekerjaan Anda, kosmetik dapat memengaruhi
seluruh penampilan Anda. Sama seperti tujuan dari perkembangan fashion,
berbagai macam kosmetik beredar di masyarakat untuk membantu Anda
menutupi kekurangan pada tubuh.
• VIVAnews