Kecoa yang sering dianggap hama dan menjijikkan akhirnya berhasil diubah
menjadi sesuatu yang berguna. Dengan menggunakan sistem interface
elektronik, sekelompok peneliti yang berasal dari North Carolina State
University mengembangkan metode untuk mengarahkan dan mengontrol kecoa
menggunakan remote kontrol.
Awalnya, ilmuwan robotik dan juga pemerhati serta penggemar komunitas robitic mengembangkan robot sekecil kecoa atau yang bergerak seperti kecoa. Namun kini justru dari serangga kecil itu dapat langsung “disisipkan” komponen yang dapat mengatur serangga mungil itu.
Awalnya, ilmuwan robotik dan juga pemerhati serta penggemar komunitas robitic mengembangkan robot sekecil kecoa atau yang bergerak seperti kecoa. Namun kini justru dari serangga kecil itu dapat langsung “disisipkan” komponen yang dapat mengatur serangga mungil itu.
“Tujuan kami adalah mengujicoba apakah kita bisa membuat interface biologis nirkabel dengan kecoa yang kuat dan mampu menyusup ke ruang-ruang kecil,” kata Alper Bozkurt seperti dikutip Discovery.
Bozkurt ialah assisten profesor teknik listrik di North Carolina State University, yang juga merupakan asisten penulis paper yang dipresentasikan di Konferensi Internasional Teknik IEEE bidang Kedokteran dan Biologi Kemasyarakatan di San Diego, California.
“Pada akhirnya, kami berpkir bahwa memungkinkan bagi kita untuk membuat web sensor mobile pintar yang bisa menggunakan kecoa sebagai alat untuk mengumpulkan dan mengirimkan informasi, misalnya untuk menemukan korban di sebuah bangunan yang telah hancur oleh gempa bumi,” kata Bozkurt.
Bozkurt mengungkapkan, “Membuat robot skala kecil yang dapat melakukan kegiatan yang sedemikian rupa dengan kondisi yang dinamis sangatlah sulit.
Kami memutuskan untuk mengembangkan biobotik, sebab merancang robot sangat menantang dan kecoa hidup di lingkungan yang kurang bersahabat.”
Untuk melakukannya, para peneliti menggunakan sebuah chip komputer yang murah dan ringan serta penerima nirkabel untuk mengirimkan sinyal ke kecoa.
Bayangkan saja seperti kecoa yang menggendong dengan ransel kecil.Perangkat ini beratnya hanya 0,7 gram, sudah termasuk mikrokontroler yang memonitor interface antara elektroda yang ditanamkan dengan jaringan, sehingga sistem saraf kecoa tidak terganggu.
Perangkat ini juga memiliki kabel yang tersambung dengan bagian antena dan cerci, organ sensorik di perut kecoak. Cerci akan mendeteksi gerakan di udara untuk mengetahui adanya predator serta memacu kecoa bergerak.
Dengan menggunakan kabel untuk merangsang cerci, peneliti mengelabuhi kecoa, membuatnya berpikir ada sesuatu yang menyelinap diatas tubuhnya, sehingga ia bergerak.
Kabel yang melekat di antena memberikan muatan listrik ke sistem saraf sehingga kecoa berpikir ada sesuatu yang harus diawasi.
Inilah yang memungkinkan kecoa bergerak di jalur melengkung.
Terobosan baru dibidang bio-robotik ini mengingatkan kita pada film fiksi ilmiah, Star Trek.
Pad film disebutkan selain telah ditemukan era robot humanoid android yang diperankan oleh Commander Data, ada juga bangsa yang badannya setengah biologis dan setengah robot yang disebut bangsa Borg.
Bangsa Borg menggunakan badan biologis dari makhluk hidup untuk bergerak, sedangkan komponen elektronik yang ditanamkan pada badannya mengatur program untuk menggerakkan badan biologis tersebut. Apakah era teknnologi cyborg pada film fiksi Star Trek sudah dimulai?