Ridho, siswa MAN 2 Pekanbaru yang diduga terlibat geng motor dalam perusakan warnet di Bukit Barisan, tidak mempunyai catatan merah di sekolahnya. Bahkan, dari wawancara Tribun Pekanbaru (Tribunnews.com Network) dengan sejumlah siswa dan guru MAN model itu, Ridho ternyata termasuk anak yang baik dan rajin beribadah.
Tak sedikit guru dan teman-temannya menyayangkan ketika Ridho dibekuk jajaran Polresta Pekanbaru di sekolahnya, Senin (12/5/2013) lalu. Mereka seolah tak percaya dengan kejadian yang menimpa Ridho.
"Ridho itu siswa kami yang rajin salat dan pintar mengaji. Dia anak yang aktif dan tidak neko-neko," ujar staf bidang kesiswaan MAN 2 Pekanbaru, Titin HW saat berbincang dengan Tribun, Jumat (16/5/2013) di labor biologi.
Diceritakan Titin, kebiasaan Ridho sehari-hari sama dengan anak lainnya. Bahkan, Ridho satu di antara siswa lainnya yang selalu menurut dengan perintah guru. Selain itu, dia juga tidak terlihat seperti geng motor yang terkenal brutal. Selain itu, Ridho juga selalu mendapat beasiswa dari sekolah. Pasalnya, ekonomi keluarga Ridho terbilang susah.
"Keluarganya baik, memang ekonomi keluarganya sulit. Maka, Ridho adalah anak yang berprestasi bagus secara akademik, aktif dan penurut patut kita bantu," ujarnya.
Oleh karenanya, Titin dan sejumlah guru lainnya, mengaku sangat tidak percaya kala mendengar informasi bahwa Ridho, siswa kelas XI IPS 3 itu ditangkap polisi. Bahkan dia juga mengaku heran, apa yang menyebabkan Ridho bisa ikut terlibat. "Kami sampai saat ini belum percaya. Ridho baru diduga, belum pasti dia ikut terlibat," ujar Titin.
Meskipun demikian kata Titin pihaknya tetap menghargai proses hukum. Sementara itu, sekolah telah menghubungi keluarganya. "Orang tua Ridho juga merasa tak yakin kalau dia ikut terlibat. Bagaimanapun kita mencoba membantu Ridho supaya tidak terlibat," katanya.
Kalaupun Ridho dituduhkan terlibat dalam perusakan warnet, kata Titin itu hanya kebetulan terbawa. Bisa saja, Rido terjebak karena temannya ikut dia juga terpaksa ikut. Titin juga berjanji tidak akan men drop out Ridho dari sekolah.
"Kami ini lembaga pendidikan, dia juga tidak mempunyai catatan merah selama ini. Maka, kita takkan men DO nya. Kecuali selama ini dia memang telah mencemarkan nama baik sekolah dan mempunyai catatan merah," ujar Guru yang mengajar PKN ini.
Sementara itu, Petugas di pos keamanan sekolah itu, Rindra juga melihat tingkah laku Ridho dalam keseharian tidak ada yang aneh. "anaknya pendiamlah, nggak ada yang aneh," ujarnya.
Tidak hanya itu, Harun, siswa 11 IPA 1 yang mengaku kenal dengan Ridho juga tidak percaya dengan nasib yang menimpa temannya itu. Menurutnya, pergaulan Ridho di sekolah tergolong baik, dan banyak teman.
"Setau saya anaknya baik, rajin salat dan zikir. Saya sering ketemu dia di masjid saat salat zuhur. Banyak orang selesai salat bercerita, dia tidak. Dia berzikir. Sehingga kadang diolok temannya," ujar Harun. Bahkan, kata Harun Ridho juga pernah sekolah di pesantren sebelum melanjutkan pendidikan ke MAN 2.
Hal senada juga dikatakan Ismi Afrida, siswi kelas 10 IPA 4 MAN model. Selama pernah mengenal Ridho, Ismi mengaku senang. Sebab, Ridho dianggap sosok senior yang hangat, bersahaja dan suka berteman. Dia mengaku syok saat beredar informasi di sekolah bahwa Ridho ikut terlibat dan sudah ditangkap polisi.
"Syok mendengarnya. Kak Ridho itu orang baik ya, nggak ada apa-apa kok. Kami senang kalau berpapasan dengannya, pasti dia senyum dan menegur," ujar Ismi.
Selain itu, kata Ismi yang juga dibenarkan Diva siswi lainnya, Ridho juga terlihat sering ikut kegiatan basket di sekolahnya. Sehingga, sosok Ridho sudah tak asing lagi bagi banyak siswa di MAN 2 Pekanbaru.
Namun staf bidang kesiwaan sekolah itu, yang mengaku bernama M.Zen mengaku tidak tahu. Menurutnya, hal itu tak perlu dicari tahu, sebab kejadian yang menimpa Ridho tidak di lingkungan sekolah.
"Saya nggak tahu dan gak mau tahu. Yang jelas kejadiannya tidak di sekolah. Berarti bukan tanggungjawab sekolah," ujarnya.
sumber