Tinggalkan kebiasaan lama cara mengasuh anak yang kurang tepat. Kita adalah orang tua yang tentu saja dibesarkan pada masa yang jauh berbeda dengan anak-anak kita saat ini. Berikut ada 10 tips atau cara yang dapat anda terapkan untuk menghadapi anak (khususnya balita) jika anak tersebut suka membantah:
Jangan terpancing untuk marah, apalagi bila anak ngotot melakukan sesuatu yang tidak berbahaya. Cukup katakan, ”Oh, kamu memasukkan kue ke gelas supaya kuenya berenang ya? Padahal kuenya lebih senang bila berada di perut kamu, lho.”
2. Tetap ingatkan kewajibannya. Untuk hal-hal yang memang harus dilakukan anak, jangan biarkan dia bebas dan ingatkan terus. Semisal tugas membereskan mainan atau menggosok gigi, katakan dengan nada tegas namun tidak berteriak.
3. Gunakan psikologi terbalik.
Ketika anak menolak mandi, Anda bisa bilang begini, ”Oh, kamu tidak mau mandi. Okey, tidak apa-apa. Biar saja nanti badannya bau dan digigiti nyamuk.” Dengan psikologi terbalik, anak akan berpikir bahwa Anda tidak peduli terhadap reaksinya. Itu akan memancing ia berbuat sebaliknya untuk mendapat respon Anda.
4. Perintahlah anak dengan nada yang sopan
Misalnya, ”Boleh ibu minta buku kamu?” lebih baik untuk ego anak daripada nada memerintah seperti “Ayo, bawa sini bukunya!” Ingat: anak anda bukan pesuruh anda. Persiapkan dia untuk menjadi orang dewasa yang berwibawa dan percaya diri. Jangan latih mentalnya sebagai pesuruh walau dia anak anda.
5. Terangkan dengan spesifik apa yang anda ingin dia lakukan.
Misalnya, katakan “Yuk, taruh bonekamu di dalam kotaknya,” daripada “Ayo, kembalikan mainannya!”
6. Ajarkan anak kata-kata untuk mengekspresikan perasaan. Terkadang anak memberondong Anda dengan kata "tidak" hanya untuk menunjukkan perasaan tidak senang, protes, atau marah pada sesuatu. Coba cek dengan bertanya padanya, ”Kamu lagi marah, ya? Apa yang membuat kamu marah? Coba bilang sama Bunda." Lalu, dengarkan perkataan anak sambil membantunya memilih kata-kata.
7. Singkirkan ego anda.
Lupakan sifat bossy Anda. Tidak ada orang yang senang diperintah, bukan? Karena itu, wajar jika anak menolak duduk di car seat karena nada perintah Anda seperti diktator: "Duduk di kursimu!". Lebih efektif bila menyampaikan instruksi secara bersahabat, namun jelaskan konsekuensi bila anak melanggar, misalnya, “Okey, kita sudah duduk di mobil. Tapi kamu harus duduk di kursimu, supaya kalau ibu merem mendadak, kamu tidak mental". Jangan lupa, nada suara juga penting. Tidak perlu berteriak atau membentak.
8. Alihkan perhatiannya ketimbang melarang.
illustrasi: Suatu hari, Alya bermain-main dengan gelas minumannya. Berkali-kali ia memasukkan kue, permen dan lainnya, ke dalam gelas. Dua puluh kali bundanya mengatakan ‘jangan’, tidak mempan. Akhirnya, bunda Alya menyadari bahwa kata ‘jangan’ tidak bisa digunakan untuk membuat Alya menghentikan tindakan impulsifnya. Ia pun mengalihkan perhatian Alya dengan melakukan aktivitas yang mirip, seperti memberi makan ikan di akurium atau bermain dengan bebek-bebek plastik di bak mandi. Berhasil!
9. Berikan kata positif dengan kata awal yang mengandung konotasi negatif.
Misalnya, “Kamu tidak boleh main pisau, tapi kamu boleh main bola.” Atau “Kamu tidak boleh menyeberang jalan sendiri tapi kamu boleh menemani Mama menyeberang jalan.” Gunakan ekspresi meyakinkan untuk menekankan bahwa ia boleh melakukan sesuatu tetapi dalam cara yang positif. Ini adalah cara kreatif dalam memberi anak pilihan tanpa melarangnya terus-menerus.
10. Daripada melarangnya lebih baik menyuruhnya melakukan kebalikannya.
Contoh: Daripada melarangnya untuk bohong ajari dia berkata jujur. Daripada melarangnya bermalas-malasan, ajari dia untuk rajin (tentunya anda harus rajin duluan)
Cari kata spesifik selain “jangan”, untuk mencegah aktifitas yang membahayakan anak. Misalnya, ketika dia bermain-main dengan tempat sampah, reaksi Anda mungkin mengatakan “Jangan!”. Cobalah memilih kata lain yang lebih efektif, misalnya, “Hi, jijik! Main kotak sampah bisa membuatmu sakit.” Katakan dengan ekspresi yang mendukung.
Angie T.Cranor, Ph.D, asisten professor dari jurusan perkembangan di universitas North Carolina di Greensboro, AS, mengatakan, daripada melarang anak untuk melakukan sesuatu, lebih baik minta dia melakukan sesuatu. Kalimat seperti “Jangan berguling di lantai dengan baju barumu” dapat memancing argumentasi. Lebih baik katakan, “Coba kamu duduk di kursi, supaya baju baru kamu tidak kotor.”
sumber