Lagi-lagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono marah karena pidatonya tidak disimak. Terbaru saat Presiden SBY memberikan kuliah umum dihadapan 1.000 perwira siswa Sesko TNI, Sesko Angkatan dan Sespimmen Polri.
Saat Kepala Negara menyampaikan dampak implikasi geopolitik terhadap Indonesia, Presiden menegur sejumlah siswa perwira yang duduk berada di jajaran paling depan. Sontak sejumlah tamu undangan dan peliput terkaget atas tegurannya itu. Bahkan perwira itu langsung terlihat terdiam.
"Kalian satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, kayanya bicara terus," tegur SBY dengan intonasi tegas kepada perwira yang duduk di barisan depan di sela kuliah umum di Gedung Sudirman, Markas Besar Angkatan Darat Sekolah Calon Perwira (Secapa AD), Jalan Hegarmanah, Bandung, Jumat (29/6).
"Kalian tahu mendengar itu adalah bagian dari menyempurnakan kepribadian. Kalau ada orang bicara harus mendengar," tunjuk SBY kepada perwira itu.
Presiden marah saat dia sedang melakukan arahan bukan yang pertama. SBY berungkali marah saat dia bicara tidak didengarkan.
Masih ingat saat Presiden SBY memberikan sambutan dalam acara pembekalan konsolidasi pemerintah daerah di Gedung Lemhannas Jakarta. Bahkan SBY sampai mengetok podium. Peristiwa itu terjadi pada tahun 2008.
SBY marah lantaran ada peserta pembekalan yang tidur. "Bangunkan yang tidur itu. Kalau mau tidur, silakan di luar," kata Presiden SBY dengan nada kesal.
Mendengar teguran SBY itu, secara spontan puluhan pimpinan DPRD dan Bupati serta Wali kota langsung kaget. Bahkan, yang tertidur langsung bangun.
Presiden kesal lantaran yang dia sampaikan sangat penting. Soal rakyat. "Seharusnya merasa berdosa para rakyat. Saat kita bicarakan masalah rakyat kok malah tidur," ujar Presiden SBY.
Bukan saat di Lemhanas saja. Masih pada tahun 2008, saat menggelar sidang kabinet paripurna di Ruang Sidang Kabinet, Lantai II, Kantor Presiden, Kompleks Istana, Jakarta Presiden SBY juga marah. Kali ini sama anggota kabinetnya.
Presiden terlihat marah dan menegur peserta sidang yang sedang asyik mengobrol. Dengan raut muka kesal, SBY menunjuk tangannya ke arah pimpinan badan yang duduk di tengah lingkaran arah ruang sidang.
Di barisan itu duduk berjejer Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Didi Widayadi, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sjamsir Siregar, dan Direktur Utama Perusahaan Umum Bulog.
Waktu itu Presiden sedang memberikan pengarahan mengenai proses renegosiasi kontrak LNG Tangguh di Provinsi Papua. "Hei, jangan mengobrol sendiri. Dengarkan! Jangan bicara sendiri. Ini masalah yang sangat penting," kata Presiden.
sumber