Iran menyatakan akan merekayasa ulang sebuah pesawat siluman AS
Sentinel RQ-170 yang jatuh di wilayahnya. Namun hal itu diragukan oleh
Barat yang menganggap Iran tak memiliki kemampuan teknologi untuk
melakukannya. Mampukah Iran mengkloning pesawat itu?
Nick
Brown, pemimpin redaksi Jane's International Defence Review,
mengatakan hal itu tergantung pada kondisi pesawat saat mereka
mendapatkannya.
"Bisa
saja pesawat itu jatuh dan hancur. Versi yang terlihat di klip video
bisa saja hasil rekonstruksi. Tapi jika pesawat ini relatif utuh, Anda
bisa mengambil sedikit manfaat."
Satu
hal yang mungkin dilakukan Iran adalah mengujinya dengan radar di
ruang bebas gema untuk mengukur seberapa terdeteksi benda itu. Iran
juga bisa belajar beberapa bentuk dan bahan pesawat yang dapat mengecoh
radar.
Beberapa bagian dari RQ-170 telah
dilepas dari pesawat, sehingga tidak akan menawarkan banyak hal yang
baru. "Tapi tambang emas yang sebenarnya mungkin muatannya. Kita tidak
tahu muatan apa saja di sana, tapi mungkin ada sinyal intelijen, sensor
elektro-optik atau radar.”
"The
RQ-170 tidak membawa senjata dan dua gundukan di bagian atas pesawat
adalah sebuah pemindai atau struktur pelindung uplink satelit yang
mengirim informasi dari sensor ke stasiun pengendali pesawat."
Untuk RQ-170 itu sendiri tantangannya bukan pada membangunnya, tapi membuatnya layak terbang, kata Brown.
"Ada
algoritma rumit yang mengendalikan pesawat. Membuat obyek berbentuk
bumerang terbang sesuai dengan keinginan Anda adalah susah dan hanya
benar-benar mungkin dengan model penerbangan lanjutan, komputer, dan
perangkat lunak yang bagus."
"Jadi,
jika tidak memiliki informasi yang diperoleh dari perangkat keras dan
sirkuit pesawat, Anda tidak akan dengan mudah dapat melakukan apa-apa,
tapi Anda hanya akan membangun sesuatu yang berbentuk sama."
Semua algoritma kontrol dienkripsi, sehingga tidak semudah membaca hard drive dan kemudian mereplikasinya, tambahnya.
Mungkinkah Iran melakukannya?
Menurut
Brown, Iran cukup menguasai rekayasa ulang dan mereka mempunyai banyak
kemampuan tanpa bantuan pihak lain. Namun dengan berbagi platform itu
Iran bisa mendapatkan manfaat politik.
"Apa
pun mungkin dan secara teoretis Iran dapat meniru cukup banyak dari
platform dasar, tapi kontrol dan avionik yang membuatnya dapat
digunakan."
Teknologi pesawat
tak berawak sangat penting bagi Iran, Rusia, dan Cina, kata Elizabeth
Quintana, seorang peneliti senior di Royal United Services Institute.
"Tapi
seberapa besar manfaatnya tergantung pada seberapa utuh pesawat itu,
dan apakah dia punya kemampuan merusak dirinya sendiri, atau memiliki
mekanisme penonaktifan sendiri. Saya menduga ia memilikinya. Tampaknya
itu di satu bagian."
Jika
mampu membukanya, ujarnya, cukup banyak informasi di pesawat
itu--bagaimana ia bekerja, bagaimana ia berkomunikasi dengan satelit
dan bagaimana Amerika mengoperasikannya. Juga mengidentifikasi material
yang memungkinkan pesawat menyerap energi yang dipancarkan--bukan
membalikkannya--yang akan sangat berguna.
"Saya
tidak tahu tingkat keahlian ilmiah yang ada di Iran. Tapi jika benar
Rusia dan Cina telah mengirim delegasi, maka mereka memiliki keahlian
itu."
sumber
sumber