Apa yang ada dalam benak kalian kalau dengar kata ‘kereta’? Males,
kotor, WC yang barbar dan baunya bikin gila? Buat cewek, masih ada
tambahan lagi—pipis setengah jongkok! Iyuugh…
Itu juga yang ada di pikiran gue waktu harus pakai transportasi kereta buat menuju kota Cirebon. But hey, lucky me! Setelah beberapa bulan lalu menang doorprize berhadiah motor, ada kejutan menyenangkan lagi di kereta yang akan gue tumpangi. Ternyata, kereta yang namanya udah menjelma jadi NEW Argo Jati ini, gres—fresh from the oven, bahkan baru aja di-launching! Yes, gue salah satu penumpang umum pertama kereta ciamik ini. Pengen tahu kayak apa? Yuuukk…
Memasuki kereta, gue disambut kabin bersih bernuansa putih yang segar dipandang mata. “Waaaah,” begitu respon orang-orang yang masuk dengan mata berbinar dan senyum mengembang—yang jarang ada di wajah penumpang kereta. Bagasi kabinnya tertutup, bikin kita serasa berada di pesawat. Penutup jendelanya juga unik, minimalis gitu. Sayangnya, pas duduk, kursinya nggak seempuk yang gue bayangin. Mungkin karena masih baru, kali, ya. Di atas flatscreen TV, ada layar dengan teks berderet mengucapkan “Selamat Datang di KA Ramah Lingkungan”. Off we go, then!
“Mas, kenapa sih ini disebut kereta ramah lingkungan?” (udah siap dengan jawaban keren kayak ‘bahan bakunya diambil dari bahan daur ulang’ dsb).
“Karena toiletnya, Mbak…” Kata mas petugas dengan senyum bangga.
“Hah. Toiletnya?” Sumpah gue nggak sangka jawabannya ini.
“Iya, toilet kita beda dari kereta yang lain. Kita pake pancuran (flush maksudnya).” Wajah masnya bahagia gitu pas jelasin.
“Terus apa ramah lingkungannya??” tanya gue semakin bingung.
“Ummm… kita toiletnya pakai obat.” Jawab mas-mas ini agak nggak yakin, tapi tetap mencoba kasih jawaban terbaiknya yang malah makin nggak masuk akal buat gue. I mean, bukannya pakai ‘obat’ itu nggak ramah lingkungan, ya? Oh, apa maksudnya ramah sama lingkungan yang tinggal di pinggir rel kereta, karena nggak ada lagi feses dan urin yang tercecer di sepanjang rel kereta? Entahlah.
Saatnya melihat sendiri kamar kecilnya seperti apa. Walaupun sempat malu juga waktu gue mencoba buka pintu gerbong pakai kekuatan otot—karena ternyata ada tombol buat buka pintu.
Membuka pintu toilet, gue langsung bersyukur karena kebarbaran dari toilet kereta yang biasanya bolong langsung ke bawah rel itu nggak ditemuin di sini. Luar negeri punya iPad dan Galaxy Tab yang udah dirilis, akhirnya kita punya toilet kereta dengan fitur flush. Terharu! Tanda ‘WC hanya bisa digunakan pada saat kereta berjalan’ yang biasanya ada di kereta pada umumnya, pun, sudah hilang.
Tapi pas mau pencet tombol flush, gue dibikin bingung. Pasalnya, ada dua pilihan flush: tombol Buang Air Besar, dan Buang Air Kecil. Lah, kalo dua-duanya gimana? Lagi mikir buat pencet yang mana, tiba-tiba gue dikagetin sama bunyi heboh yang ternyata… eng ing eng, automatic flush! Jiah, tau bisa otomatis nggak perlu mikir lama, kan.
“TANGGANYA HILANG, MBAK! Hati-hati ya turunnya…” suara mbak-mbak membuyarkan lamunan indah gue. Bisa-bisanya tangga jelek buat turun dari kereta aja hilang dari stasiun! Bener-bener…
sumber
Itu juga yang ada di pikiran gue waktu harus pakai transportasi kereta buat menuju kota Cirebon. But hey, lucky me! Setelah beberapa bulan lalu menang doorprize berhadiah motor, ada kejutan menyenangkan lagi di kereta yang akan gue tumpangi. Ternyata, kereta yang namanya udah menjelma jadi NEW Argo Jati ini, gres—fresh from the oven, bahkan baru aja di-launching! Yes, gue salah satu penumpang umum pertama kereta ciamik ini. Pengen tahu kayak apa? Yuuukk…
Memasuki kereta, gue disambut kabin bersih bernuansa putih yang segar dipandang mata. “Waaaah,” begitu respon orang-orang yang masuk dengan mata berbinar dan senyum mengembang—yang jarang ada di wajah penumpang kereta. Bagasi kabinnya tertutup, bikin kita serasa berada di pesawat. Penutup jendelanya juga unik, minimalis gitu. Sayangnya, pas duduk, kursinya nggak seempuk yang gue bayangin. Mungkin karena masih baru, kali, ya. Di atas flatscreen TV, ada layar dengan teks berderet mengucapkan “Selamat Datang di KA Ramah Lingkungan”. Off we go, then!
Kabin kereta seputih snow white.
Nggak takut lagi kepala ketiban koper.
Friendly buat gadget freak yang baterai Blackberry, iPhone, dan laptopnya terus aja habis.
Ngelihat teks berderet ‘Selamat Datang di KA Ramah Lingkungan’ di sepanjang perjalanan, jadi bikin penasaran sama tagline ramah lingkungan ini. Gue, pun, lalu coba nanya ke petugas kereta yang kebetulan lewat.“Mas, kenapa sih ini disebut kereta ramah lingkungan?” (udah siap dengan jawaban keren kayak ‘bahan bakunya diambil dari bahan daur ulang’ dsb).
“Karena toiletnya, Mbak…” Kata mas petugas dengan senyum bangga.
“Hah. Toiletnya?” Sumpah gue nggak sangka jawabannya ini.
“Iya, toilet kita beda dari kereta yang lain. Kita pake pancuran (flush maksudnya).” Wajah masnya bahagia gitu pas jelasin.
“Terus apa ramah lingkungannya??” tanya gue semakin bingung.
“Ummm… kita toiletnya pakai obat.” Jawab mas-mas ini agak nggak yakin, tapi tetap mencoba kasih jawaban terbaiknya yang malah makin nggak masuk akal buat gue. I mean, bukannya pakai ‘obat’ itu nggak ramah lingkungan, ya? Oh, apa maksudnya ramah sama lingkungan yang tinggal di pinggir rel kereta, karena nggak ada lagi feses dan urin yang tercecer di sepanjang rel kereta? Entahlah.
KA ‘Ramah Lingkungan’.
Semangat kereta baru cukup bikin selera makan gue naik, dan iseng
pesan Nasi Goreng. Tapi semangat itu langsung padam setelah mencicipi
rasa hambar dari makanan yang datang. Petugas juga nggak kasih tahu
kalau di bawah tangan kursi, ada meja lipat (seperti di pesawat) yang
bisa memudahkan buat makan. Belakangan, gue baru tahu kalau kereta ini
punya gerbong makan dengan interior ala kafe—lengkap dengan fasilitas wi-fi!
Nggak sia-sia nih kereta udah nelan biaya 24 miliar (4 miliar per
gerbongnya). Sayang, petugas yang nawarin makanan sama sekali nggak
kasih tahu apa-apa soal gerbong makan hip itu.Saatnya melihat sendiri kamar kecilnya seperti apa. Walaupun sempat malu juga waktu gue mencoba buka pintu gerbong pakai kekuatan otot—karena ternyata ada tombol buat buka pintu.
Membuka pintu toilet, gue langsung bersyukur karena kebarbaran dari toilet kereta yang biasanya bolong langsung ke bawah rel itu nggak ditemuin di sini. Luar negeri punya iPad dan Galaxy Tab yang udah dirilis, akhirnya kita punya toilet kereta dengan fitur flush. Terharu! Tanda ‘WC hanya bisa digunakan pada saat kereta berjalan’ yang biasanya ada di kereta pada umumnya, pun, sudah hilang.
Tapi pas mau pencet tombol flush, gue dibikin bingung. Pasalnya, ada dua pilihan flush: tombol Buang Air Besar, dan Buang Air Kecil. Lah, kalo dua-duanya gimana? Lagi mikir buat pencet yang mana, tiba-tiba gue dikagetin sama bunyi heboh yang ternyata… eng ing eng, automatic flush! Jiah, tau bisa otomatis nggak perlu mikir lama, kan.
Hore, toiletnya nggak bolong.
Harus jujur, barusan habis BAB atau BAK.
Panel automatic flush yang
termasuk besar di kelasnya. Awalnya gue kira ada kodok loncat, ternyata
panel ini yang ‘loncat’ di samping dudukan toilet.
Akhirnya, sampai juga di Cirebon. Cukup puas, lah, dengan perjalanan
di atas kereta generasi baru ini. Gue jalan keluar gerbong sambil
senyam-senyum memandangi kereta nan nyaman ini, dan woowowow—hampir aja
gue jatuh dari kereta!“TANGGANYA HILANG, MBAK! Hati-hati ya turunnya…” suara mbak-mbak membuyarkan lamunan indah gue. Bisa-bisanya tangga jelek buat turun dari kereta aja hilang dari stasiun! Bener-bener…
Penumpang yang udah usia lanjut susah payah turun tanpa tangga.
Walau belum didukung sama stasiun yang oke, patut diacungin jempol
juga si New Argo Jati ini yang udah jadi pelopor buat kasih kita kereta
yang nyaman. Apalagi, harga tiketnya cuma beda-beda tipis sama
pesaingnya. Gue yakin, nggak lama lagi kereta yang lain juga bakal
ikutin jejak KA ‘ramah lingkungan’ ini, dan naik kereta api bakal jadi
wahana romantis buat bertransportasi. Let’s hope for that!sumber