Harakiri,
Cara bunuh diri khas jepang ini, mungkin adalah cara bunuh diri paling
populer. Tapi hal ini tentu tidak berlaku di Indonesia. Orang Indonesia
kan tidak ada yang bawa-bawa samurai. Paling-paling golok, keris, atau
bambu runcing. Nah, yang jadi pertanyaan adalah, kalau harakiri itu cara
bunuh diri khas Jepang, terus kalau harakanan apa yah..? (pertanyaan
yang tidak perlu dijawab)
Oke,
kembali ke topik mengenai cara bunuh diri paling populer. Agak aneh
sebenarnya kenapa saya menulis mengenai cara bunuh diri. Bukan berarti
karena saya mau bunuh diri. tapi mengingat banyak orang bunuh diri,
siapa tahu ada orang yang nyari cara bunuh diri di google dan nyasar ke
blog saya ini. kan jadi nambahin traffic, hehe. Langsung saja, yah ini
dia 7 cara bunuh diri paling popular.
1. Bunuh diri dengan minum racun serangga (dalam hal ini yang paling populer tentu merek Baygon cair)
Entah
apa yang membuat baygon ini dipilih oleh para bunuh diri lovers.
Padahal di sana jelas-jelas tertulis obat serangga, tapi masih diminum
juga. Tapi kita tidak boleh berburuk sangka. Siapa tahu mereka adalah
orang orang yang kekurangan air bersih atau karena mereka tidak mampu
menebus obat di Rumah Sakit yang mahal untuk penyakitnya yang tidak
kunjung sembuh. Atau bisa jadi mereka tidak bisa membedakan tulisan
antara Baygon dengan Mizone yang warnanya hampir mirip.Sebab kabarnya,
angka buta huruf di Indonesia masih cukup tinggi. Hanya mereka dan Tuhan
yang tahu.
2. Lompat dari ketinggian (bisa dari lantai 13, puncak gedung, thower, atau tebing-tebing tinggi)
Lagi-lagi
saya kurang tahu, apa alasan mereka memilih tempat yang tinggi. Apakah
mereka sudah bosan hidup di bawah garis kemiskinan? Sehingga sesekali
ingin merasakan tempat yang tinggi, walau dengan taruhan nyawa sekali
pun. Kemungkinan lain, mereka tidak bisa menggapai cita-citanya yang
tinggi. Cita-cita yang tinggi harus di barengi dengan pendidikan yang
tinggi. Dan pendidikan yang tinggi harus dibarengi dengan duit yang
tinggi pula. Mau kemungkinan yang lebih bodoh? Mereka terobsesi menjadi
pahlawan super yang bisa terbang, seperti superman atau p-man.
3. Gantung diri (di pohon jengkol atau tiang rumah yang terbuat dari kayu pohon jengkol)
Ada
dua kemungkinan di sini. Pertama, Hidupnya memang sudah terlalu sering
digantung. Digantung oleh janji-janji penguasa. Digantung oleh
ketidakpastian dan harapan-harapan kosong yang tidak pernah menjadi
nyata. Harapan untuk keluar dari garis kemiskinan. Harapan untuk
mendapat kehidupan yang layak. Harapan untuk mendapat pekerjaan yang
lebih baik. Dan sejuta harapan-harapan lain yang hanya akan tertinggal
menjadi harapan-harapan kosong baru untuk anak dan istrinya. Kemungkinan
kedua, Mereka sudah tidak punya tempat menggantungkan diri.
Satu-satunya tempat menggantungkan diri, yaitu perusahaan tempat dia
bekerja, telah mem-PHK-nya. Mereka bingung, akhirnya memutuskan untuk
menggantungkan hidup di pohon jengkol saja. Tragis.., ironis..!!! Karena
justru di situlah mereka kehilangan hidupnya. ”makanya, menggantungkan
hidup itu sama Tuhan saja. Dijamin, ngga bakalan di PHK”.
4. Memotong nadi dengan silet
Mungkin
mereka ingin membuktikan bahwa silet itu benar-benar tajam. Bisa juga
karena penasaran apakah darah mereka berwarna biru atau merah? Orang
bilang darah biru lebih dihormati daripada golongan orang-ortang
berdarah merah.
5. Bunuh diri ala koboy
Entah
terinspirasi dari film koboy yang mana, yang jelas mereka, koboy-koboy
Indonesia juga bisa menembak kepalanya sendiri. Biasanya, koboy-koboy
Indonesia ini melakukan bunuh diri setelah main-mainin pistolnya buat
nakutin orang.
6. Bakar diri bersama-sama keluarga tercinta
Mungkin
saking tidak punya uang untuk membeli ikan bakar . Akhirnya mereka
memutuskan untuk bakar diri bersama. Hal ini bertujuan untuk menjaga
rasa kebersamaan antar anggota keluarga. Pasca kepergian ayah mereka.
Ah.., tidak tahukah mereka kalau minyak tanah sekarang harganya mahal..?
7. Tidur diatas rel kereta api
Jauh
sebelum limbad memperagakan magic dilindas dengan buldozer, Metode/cara
bunuh diri dengan digilas kereta api sudah lebih dulu populer.
Alasannya tentu karena lebih murah… tinggal tidur terlentang.., jadi
deh…
sumber : ringdikit