Dalam beberapa hari ke depan, tahun 2012 akan segera berganti, dan
tahun 2013 akan menjelang. Ini tahun baru Masehi, tentu saja, karena
tahun baru Hijriyah telah terjadi satu pekan yang lalu. Bagi kita orang
Islam, ada apa dengan tahun baru Masehi?
Tahun Baru pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM. Tidak
lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia
memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah
diciptakan sejak abad ketujuh SM. Dalam mendesain kalender baru ini,
Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi dari
Iskandariyah, yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan
mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang
Mesir.
Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365
seperempat hari dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga
tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari. Caesar juga memerintahkan agar
setiap empat tahun, satu hari ditambahkan kepada bulan Februari, yang
secara teoritis bisa menghindari penyimpangan dalam kalender baru ini.
Tidak lama sebelum Caesar terbunuh di tahun 44 SM, dia mengubah nama
bulan Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau Juli. Kemudian, nama
bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar
Augustus, menjadi bulan Agustus.
Perayaan Tahun Baru
Saat ini, tahun baru 1 Januari telah dijadikan sebagai salah satu
hari suci umat Kristen. Namun kenyataannya, tahun baru sudah lama
menjadi tradisi sekuler yang menjadikannya sebagai hari libur umum
nasional untuk semua warga Dunia.
Pada mulanya perayaan ini dirayakan baik oleh orang Yahudi yang
dihitung sejak bulan baru pada akhir September. Selanjutnya menurut
kalender Julianus, tahun Romawi dimulai pada tanggal 1 Januari. Paus
Gregorius XIII mengubahnya menjadi 1 Januari pada tahun 1582 dan hingga
kini seluruh dunia merayakannya pada tanggal tersebut.
Perayaan Tahun Baru Zaman Dulu
Seperti kita ketahu, tradisi perayaan tahun baru di beberapa negara
terkait dengan ritual keagamaan atau kepercayaan mereka—yang tentu saja
sangat bertentangan dengan Islam. Contohnya di Brazil. Pada tengah malam
setiap tanggal 1 Januari, orang-orang Brazil berbondong-bondong menuju
pantai dengan pakaian putih bersih. Mereka menaburkan bunga di laut,
mengubur mangga, pepaya dan semangka di pasir pantai sebagai tanda
penghormatan terhadap sang dewa Lemanja—Dewa laut yang terkenal dalam
legenda negara Brazil.
Seperti halnya di Brazil, orang Romawi kuno pun saling memberikan
hadiah potongan dahan pohon suci untuk merayakan pergantian tahun.
Belakangan, mereka saling memberikan kacang atau koin lapis emas dengan
gambar Janus, dewa pintu dan semua permulaan. Menurut sejarah, bulan
Januari diambil dari nama dewa bermuka dua ini (satu muka menghadap ke
depan dan yang satu lagi menghadap ke belakang).
Sedangkan menurut kepercayaan orang Jerman, jika mereka makan sisa
hidangan pesta perayaan New Year’s Eve di tanggal 1 Januari, mereka
percaya tidak akan kekurangan pangan selama setahun penuh. Bagi orang
kristen yang mayoritas menghuni belahan benua Eropa, tahun baru masehi
dikaitkan dengan kelahiran Yesus Kristus atau Isa al-Masih, sehingga
agama Kristen sering disebut agama Masehi. Masa sebelum Yesus lahir pun
disebut tahun Sebelum Masehi (SM) dan sesudah Yesus lahir disebut tahun
Masehi.
Pada tanggal 1 Januari orang-orang Amerika mengunjungi sanak-saudara
dan teman-teman atau nonton televisi: Parade Bunga Tournament of Roses
sebelum lomba futbol Amerika Rose Bowl dilangsungkan di Kalifornia; atau
Orange Bowl di Florida; Cotton Bowl di Texas; atau Sugar Bowl di
Lousiana. Di Amerika Serikat, kebanyakan perayaan dilakukan malam
sebelum tahun baru, pada tanggal 31 Desember, di mana orang-orang pergi
ke pesta atau menonton program televisi dari Times Square di jantung
kota New York, di mana banyak orang berkumpul. Pada saat lonceng tengah
malam berbunyi, sirene dibunyikan, kembang api diledakkan dan
orang-orang menerikkan "Selamat Tahun Baru" dan menyanyikan Auld Lang
Syne.Di negara-negara lain, termasuk Indonesia? Sama saja!
Bagi kita, orang Islam, merayakan tahun baru Masehi, tentu saja akan
semakin ikut andil dalam menghapus jejak-jejak sejarah Islam yang hebat.
Sementara beberapa pekan yang lalu, kita semua sudah melewati tahun
baru Muharram, dengan sepi tanpa gemuruh apapun. (sa/berbagaisumber)