Banyak
alasan orang merokok. Walau merokok akan membahayakan kesehatan, tetap
saja orang mempunyai seribu alasan untuk merokok. Alasan orang merokok
dapat dilihat dari beberapa segi, baik itu segi psikologis dan
fisiologis (ketergantungan zat), alasan sosial, alasan estetika dan lain
lain.
Menurut Sue Amstrong yang dikutip oleh Sihombing (2007) ada beberapa alasan orang dewasa merokok, antara lain:
- Mereka
benar-benar menikmatinya sewaktu merokok. Mereka bahkan tidak mampu
menahan diri meskipun menyadari bahwa kesehatannya dipertaruhkan untuk
kesenangan tersebut.
- Mereka menjadi ketagihan terhadap nikotin dan tanpa nikotin hidup terasa hampa.
- Mereka menjadi terbiasa menghisap rokok agar dapat merasa santai.
- Tindakan
mengambil sebatang rokok, menyulutnya dengan pemantik api, memandangi
asap dan memegang sesuatu dalam tangannya telah menjadi bagian dari
perilaku sosial mereka dan tanpa itu mereka akan merasa hampa. Dengan
kata lain, merokok telah menjadi suatu kebiasaan.
- Merokok
adalah “penopang” bermasyarakat. Mereka mungkin seorang pemalu yang
perlu mengambil tindakan tertentu untuk menutupi perasaan malunya
terhadap orang lain.
Menurut
Sitepoe (2000) yang mengutip Conrad dan Miler menyatakan bahwa
seseorang akan menjadi perokok melalui dua dorongan, yaitu:
- Dorongan
psikologis, merokok seperti rangsangan seksual, sebagai suatu ritual,
menunjukkan kejantanan (bangga diri), mengalihkan kecemasan, dan
menunjukkan kedewasaan.
- Dorongan fisiologis, adanya nikotin yang dapat mengakibatkan ketagihan (adiksi) sehingga ingin terus merokok.
Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok
Faktor – faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok antara lain:
Pengetahuan
Menurut
Hamid A., tembakau bisa meningkatkan kecerdasan, asalkan pemanfaatannya
tidak diperoleh dengan cara mengisap tembakau. Jika diisap dalam bentuk
rokok, itulah yang menimbulkan masalah kesehatan, seperti gangguan
jantung, pembulu darah dan problem kesehatan lainnya. Permasalahannya
ini terletak pada proses pembakaran yang mengubah tembakau menjadi
racun. Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti
merasa lebih jantan.
Selain
kegunaan atau manfaat rokok yang secuil itu terkandung bahaya yang
sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang di sekitar perokok
yang bukan perokok. Rokok juga disebut sebagai jendela awal terjadinya
penggunaan narkoba. Akibat kronik yang paling gawat dari penggunaan
nikotin adalah ketergantungan. Sekali saja seseorang menjadi perokok,
maka ia akan sulit mengakhiri kebiasaan itu, baik secara fisik maupun
psikologis. Nikotin mempunyai sifat mempengaruhi dopamine otak dengan
proses yang sama seperti zat-zat psikoaktif. Hal inilah yang tidak
diketahui masyarakat pada umumnya.
Jenis Kelamin
Perilaku
merokok dilihat dari berbagai sudut pandang dinilai sangat merugikan,
baik bagi diri sendiri maupun orang lain di sekitarnya. Hampir setiap
saat dapat disaksikan dan dijumpai orang yang sedang merokok.
Bahkan
saat ini perilaku merokok sudah sangat wajar dipandang oleh para
remaja, khususnya remaja laki-laki. Akhirnya timbul sebutan “tidak
wajar” ketika pria dewasa tidak merokok dan tanggapan terhadap perilaku
merokok pun bermunculan dari berbagai perspektif.
Sebagian
pihak berpendapat bahwa perilaku merokok biasa dilakukan oleh siapa
saja, bahkan wanita sekalipun. Perilaku dinilai wajar dan bisa dilakukan
siapa saja, yang tidak dibatasi oleh jenis kelamin. Sementara itu,
pihak lain berasumsi bahwa nilai moral seorang wanita akan luntur ketika
ia merokok. Hal ini yang menjadi titik berat di sini, yakni masih
berada pada nilai normatif seorang wanita, khususnya pandangan budaya
Indonesia terhadap wanita.
Psikologis
Ada
beberapa alasan psikologis yang menyebabkan seseorang merokok, yaitu
demi relaksasi atau ketenangan, serta mengurangi kecemasan atau
ketegangan. Pada kebanyakan perokok, ikatan psikologis dengan rokok
dikarenankan adanya kebutuhan untuk mengatasi diri sendiri secara mudah
dan efektif. Rokok dibutuhkan sebagai alat keseimbangan.
Berhenti
merokok bukan sesederhana seperti mengganti rokok dengan yang lain,
naamun lebih dari itu. Sungguh, berhenti merokok akan menyentuh aspek
kejiwaan yang sangat mendasar yang mungkin selama ini telah memberikan
ketenangan, mengurangi ketegangan, mengatasi kegelisahan dan mengalihkan
pikiran. Mengenali alasan atau penyebab merokok, seperti faktor
kebiasaan dan kebutuan mental (kecanduan/ketagihan) akan memberikan
petunjuk yang sesuai untuk mengatasi gangguan fisik ataupun psikologis
yang menyertai proses berhenti merokok.
Berikut ini adalah gejala-gejala yang dapat dicermati untuk mengenali alasan merokok.
- Ketagihan
--- Adanya rasa ingin merokok yang menggebu, mereka tidak bisa hidup
selama setengah hari tanpa rokok, merasa tidak tahan bila kehabisan
rokok, sebagian kenikmatan rokok terjadi saat menyalakan rokok,
kesemutan di lengan dan kaki, berkeringat dan gemetar (adanya
penyesuaian tubuh terhadap hilangnya nikotin), gelisah, susah
konsentrasi, sulit tidur, lelah dan pusing.
- Kebutuhan
Mental --- Merokok merupakan hal yang paling nikmat dalam kehidupan,
ada dorongan kebutuhan merokok yang kuat karena tidak merokok, merasa
lebih berkonsentrasi sewaktu bekerja dengan merokok, merasa lebih rileks
dengan merokok, keinginan untuk merokok saat menghadapi masalah.
- Kebiasaan
--- Merasa kehilngan benda yang bisa dimainkan ditangan, kadang-kadang
menyalakan rokok tanpa sadar. Kebiasaan merokok sesudah makan. menikmati
rokok sambil minum kopi.
Pekerjaan
Selama
ini, merokok dianggap bisa meningkatkan daya konsentrasi, sehingga
ketika seseorang sedang mengalami masalah dan bekerja, maka ia akan
merasa lebih tenang dan berkonsentrasi untuk melakukan pekerjaannya.
Padahal, jika ditinjau lebih mendalam, seseorang dianggap lebih
berkonsentrasi ketika ia merokok lantaran di dalam rokok terdapat
bahan-bahan yang dapat menyebabkan kecanduan. Makanya, bagi seseorang
yang telah terbiasa merokok, maka ia akan merasa kurang bergairah dan
tidak dapat berkonsentrasi. Sebab, candu yang terkandung dalam rokok
mulai bereaksi di dalam dirinya.