Keputusan
seseorang untuk menikah biasanya didasari oleh alasan yang tidak dapat
dimengerti selain oleh dirinya. Yeah, memang cinta itu sendiri adalah
sesuatu yang sulit dimengerti, bukan?
Tentu
anda sering mendengar dong kejadian-kejadian calon pengantin yang
batal menikah padahal tinggal 1 minggu lagi jadi pasutri, ataupun
pengantin-baru yang bercerai padahal baru saja menikah 2 bulan yang
lalu? Pasti semua kisah-kisah nyata itu membuat anda takut dan berharap
tidak akan mengalami kejadian itu kelak.
Untuk menghindari anda
menjadi ‘korban’ selanjutnya, ada baiknya anda menjadi ‘hakim’,
‘detektif’ dan ‘polisi’ terhadap hubungan anda dan pasangan. Sebelum
anda memutuskan untuk menikah dengan si doi, tanyakanlah
pertanyaan-pertanyaan ini kepada diri anda:
* Apakah saya sadar apa yang akan saya lakukan?
Menikah
sesungguhnya benar-benar merupakan keputusan yang amat serius dan
perlu dipikirkan mendalam. Jelas-jelas bukan sebuah permainan yang
hanya perlu diputuskan hanya dalam hitungan hari! Pastikan bahwa
keputusan tersebut bukanlah berdasarkan emosi sesaat anda belaka saja
tanpa pemikiran dan perenungan yang mendalam.
Untuk lebih yakin,
coba renungkanlah dan ambil secarik kertas dan belah dengan garis
vertikal. Tuliskanlah sisi-sisi positif si dia di kolom pertama, dan
tulislah juga sisi-sisi negatif si dia di kolom ke dua. Pikirkan dan
pertimbangkanlah! (Tentunya anda tidak ingin apabila kertas ini terbaca
oleh orang lain, khususnya si dia sendiri. Jadi simpanlah baik-baik,
dan hancurkan setelah selesai).
O..iya, satu hal yang perlu
digaris bawahi adalah: Jangan pernah ragu untuk menolak atau merevisi
keputusan untuk menikah. Walaupun akibat dari keputusan itu cukup
besar, namun itu masih jauh lebih baik dibandingkan anda rela hidup
dalam ketidak bahagiaan seumur hidup dengannya.
* Apakah dia benar-benar mencintai saya apa adanya?
Jawabannya
adalah: Belum tentu! Mengapa? Tentu saja karena terlalu banyak manusia
jahat di luar sana. Kehidupan manusia bagai roda, kadang di atas,
kadang bisa juga di bawah. Nah, apakah anda yakin bila dia tidak akan
meninggalkan anda di saat anda sedang berada di bawah?
Cinta 100%
sejati hanya ada di novel romantis. Tugas anda adalah menemukan dan
memilah-milah cinta sejati yang amat langka itu di antara berjuta-juta
cinta palsu, di dalam dunia nyata ini.
* Apakah saya sudah benar-benar mengenal dia?
Saya
dan istri, berjumpa dengan puluhan calon pasutri di saat kami
mengikuti kelas pra-nikah. Biasanya antara calon pasutri akan saling
bertanya tentang lama masa penjajakannya (pacaran) di saat rehat.
Jawaban
yang kami dapat seringkali membuat kami heran dan tak percaya. Ada
yang 1 tahun, ada yang 8 bulan, ada juga yang 3 bulan. Kami tidak dapat
mengerti mengapa bisa terjadi seperti itu, namun sebaiknya anda dapat
berpihak dan percaya kepada waktu, yang pelan-pelan akan membantu anda
untuk mengenali si dia lebih jauh.
Namun ada juga yang tidak dapat
ditembus oleh waktu, yaitu apabila si dia orangnya sangat pendiam dan
tertutup. Bahkan andapun baru tepat 3x berdiskusi dengannya minggu
lalu, wah kalau ini sih lebih baik cari yang lain ya, dari pada sama
patung ;)
* Apakah saya benar-benar yakin akan menghabiskan waktu bersama dia seumur hidup?
Hidup menikah tentu sangat berbeda total dengan hidup lajang, contoh sederhana-nya:
- Dimana-mana ada si dia di dekat anda.
- Untuk wanita: Belajar memasak untuk suami.
- Untuk pria: Belajar menyukai masakan sang istri yang masih pemula.
- Dalam berkeputusan, anda tidak lagi dapat memutuskannya sendiri saja.
- Tidak bisa bekerja dan berpergian bersama teman semaunya, harus 90% selalu bersama dia.
- Tidak bisa lagi selalu memuaskan obsesi gak penting anda. Misal: gadget, laptop.
- Tidak bisa lagi makan gorengan disaat sedang sakit leher (sudah ada satpam pribadi).
- Dan lain-lain.
Bila anda atau pasangan anda adalah tipe orang yang belum siap betah terhadap hal-hal sejenis poin diatas, waspadalah ;)
* Sudah siap secara finansial?
Lagi-lagi, sisi finansial dalam kehidupan menikah tentu sangat berbeda total dengan hidup lajang, contoh sederhana-nya:
- Biaya urusan “dapur”: PAM, PLN, sayur, dsb. (perkiraan minimal: 3 juta / bulan)
- Iuran keamanan, kebersihan, RT/RW, dsb. (perkiraan: 500 ribu / bulan)
- Cicilan kendaran (perkiraan 500 ribu-3 juta / bulan)
- Biaya sekolah anak (perkiraan: 700 ribu)
- Dll.
Kebutuhan
finansial dalam menikah amat penting dan merupakan salah satu tiang
pancang utamanya. Jangan sekali-kali modal nekat untuk menikah padahal
belum mampu secara finansial. Cinta tidak selalu akan mencari jalan
keluar dengan sendirinya!
Namun bila niatan anda dan pasangan sudah
tulus namun secara finansial belum mendukung, selain berhemat, cobalah
untuk berdoa lebih khusus dan meminta kepada-Nya. Dan nantikan kejutan
dari-Nya.
Okey bila anda merasa telah yakin dan positif akan
seluruh pertanyaan-pertanyaan di atas, dan juga tidak dapat hidup
berpisah dengannya walau sedetikpun, jangan tunggu apa-apa lagi,
bergegaslah menikah!
Bila semakin membuat anda tidak yakin, atau
membuat anda ragu-ragu, sebaiknya dirundingkan dan didiskusikan dengan
si dia. Carilah jalan keluarnya bersama-sama, itulah seni dari
“keributan pra-nikah”.