Sejumlah kosakata bahasa Indonesia masih dipergunakan di Afrika Selatan, terutama di Cape Town. Istilah seperti labarang, messang, dan koeber, diadopsi dari bahasa Indonesia untuk istilah lebaran, nisan dan kubur.
Hal itu misalnya antara lain bisa ditemukan di komplek pekuburan Spaanchemat River Muslim Cemetry di daerah Constantia yang sudah agak pinggiran Cape Town. Di papan pengumuman yang terpampang di pintu masuk disebutkan, jika berkepentingan dengan pemakaman, dapat mengubungi 'tuwang koeber' atau tuan kubur.
Salah seorang tokoh masyarakat muslim di Cape Town, Adam Philander menyatakan, bahasa Indonesia masih banyak yang dipakai di Cape Town, karena ikatan sejarahnya beberapa ratus tahun yang lalu yang demikian kuat.
“Pernah ada yang menyatakan jumlahnya sekitar 350 kata, tetapi saya kira lebih dari itu. Banyak sekali,” kata Philander di Cape Town, Jumat (7/10/2011) .
Disebutkannya, ada beberapa kata yang demikian sering dipakai, misalnya ‘minta maaf’ dan ‘tarima kasih’. Kalimat itu menjadi bahasa lokal yang kerap terdengar. Demikian juga ‘maniengal’ yang artinya meninggal, puasa atau terkadang ditulis pwasa, dan boeka puasa atau boeka pwasa yang artinya juga buka puasa.
Bahkan ada kosakata yang masih dipakai di Cape Town, padahal sudah jarang dipergunakan di Indonesia, yakni jamang yang sama maknanya dengan kata jamban. Sementara makanan yang dibawa dari rumah yang melakukan kegiatan, masih disebut barakat atau istilah Indonesia yang disebut berkat. Walau asal bahasa itu aslinya dari bahasa Arab, barokah.
Ratusan kosakata asli Indonesia yang masih kerap dipergunakan di Cape Town itu, kata Philander, menjadi jembatan yang akan terus menghubungkan Indonesia dan Afrika Selatan.