Selama puasa Ramadhan, tayangan iklan TV diwarnai oleh promosi obat mag serta promosi makanan dan minuman yang dihubungkan dengan aktivitas puasa Ramadhan masyarakat.
Momen puasa tidak akan dilewatkan oleh produk-produk yang diyakini kebutuhannya akan meningkat di tengah masyarakat. Sebagai seorang pengajar, peneliti, dan praktisi kesehatan, saya sangat menyayangkan iklan yang tendensius dan terlalu berlebihan, bahkan cenderung membohongi masyarakat. Pemerintah, dalam hal ini Badan Pengawasan Obat Makanan (BPOM), harusnya juga jeli dan mempermasalahkan iklan yang menyesatkan untuk masyarakat.
Promosi obat mag, dalam hal ini yang kandungannya antasida, sudah kebablasan seolah-olah produk ini untuk mencegah agar masyarakat tidak mengalami gangguan lambung selama berpuasa. Padahal, obat ini digunakan hanya untuk mengurangi keluhan lambung dan bukan untuk mencegah orang untuk menderita sakit mag karena berpuasa.
Wajar, karena dipromosi sebagai obat untuk mencegah sakit mag selama puasa, pembelian obat-obat mag ini sangat tinggi saat bulan Ramadhan.
Secara teori, mestinya kebutuhan obat mag akan menurun selama Ramadhan. Hal ini karena selama menjalani puasa Ramadhan terjadi keteraturan dalam mengonsumsi makanan, pengurangan konsumsi camilan yang tidak sehat untuk lambung, pengurangan konsumsi rokok, dan yang terpenting adanya pengendalian diri selama puasa Ramadhan. Hal inilah yang menyebabkan pasien dengan sakit mag akan lebih nyaman, bahkan merasa sembuh saat puasa Ramadhan. Jadi, seharusnya konsumsi obat mag ditengah masyarakat seharusnya juga menurun. Kenapa hal ini tidak terjadi?
Saya melihat bahwa hal ini berhubungan dengan iklan yang menganjurkan konsumsi obat mag yang mengandung antasida untuk pencegahan. Antasida sebenarnya hanya diberikan jika ada keluhan karena antasida sendiri bersifat menetralkan asam lambung yang terjadi sehingga akan dapat mengurangi keluhan pasien. Oleh karena itu, tidak benar promosi atau iklan obat sakit mag yang menganjurkan minum obat mag untuk pencegahan agar tidak mengalami gangguan mag.
Antasida sendiri sebenarnya dapat menimbulkan efek samping jika tidak digunakan dengan benar. Antasida yang beredar di tengah masyarakat bisa mengandung alumunium, magnesium, atau kalsium. Antasida dapat menyebabkan seseorang menjadi sembelit sehingga membuat pencernaannya menjadi tidak nyaman.
Belum lagi efek samping pada ginjal dari penggunaan antasida yang tidak sesuai dengan aturan. Oleh karena itu, saya berharap masyarakat lebih cerdas dalam melihat iklan-iklan di TV dan tidak otomatis mengikuti anjuran-anjuran dari iklan-iklan tersebut.
Minuman isotonik
Produk lain yang saya amati juga sudah kebablasan adalah anjuran untuk mengonsumsi minuman isotonik saat sahur dan berbuka. Minuman isotonik sendiri adalah minuman yang ditambahkan gula dan elektrolit. Iklan yang muncul juga menganjurkan untuk mengonsumsi produk tersebut agar terhindar dari kekurangan elektrolit saat berpuasa.
Minuman isotonik sendiri sebenarnya kita konsumsi kalau memang kita membutuhkan, misalnya saat kita berkeringat atau saat berolahraga, dan tentu tidak pada saat kita habis bangun tidur seperti saat sahur.
Larutan isotonik sendiri mengandung gula dan elektrolit, terutama garam atau natrium. Oleh karena itu, kita harus memperhitungkan bahwa dengan mengonsumsi produk isotonik ini akan terjadi penambahan konsumsi gula dan garam.
Bagi orang obesitas atau penderita kencing manis, penambahan gula harus diperhitungkan karena jika tidak akan menyebab orang yang obesitas akan semakin gemuk dan orang dengan penyakit kencing manis gula darahnya menjadi tidak terkontrol. Begitu pula bagi seseorang yang menderita hipertensi tambahan garam dari larutan isotonik ini juga harus diperhitungkan.
Saya masih ingat tahun lalu pasien saya mengalami peningkatan tekanan darah akibat mengonsumsi produk isotonik ini secara berlebihan. Pengakuan yang bersangkutan, saat itu kenapa mengonsumsi larutan isotonik secara berlebihan akibat terpengaruh oleh iklan larutan isotonik tersebut. Selain itu, ada juga pasien yang mengalami peningkatan kadar gula darah akibat mengonsumsi larutan isotonik tersebut juga secara berlebihan. Saya menganjurkan sebaiknya selama puasa ini kita lebih baik mengonsumsi air putih saja dan menghindari produk-produk isotonik ini jika kita tidak membutuhkan.
Demikian informasi ini, mudah-mudahan masyarakat kita lebih kritis untuk mendengar dan melihat iklan-iklan yang ada dan jangan otomatis mengikuti pesan-pesan yang ada. Bagi masyarakat yang memang sudah mempunyai permasalahan kesehatan, sebaiknya konsultasi dulu dengan dokter sebelum mengonsumsi produk-produk tersebut.
Salam sehat,
Ari Fahrial Syam
@dokterari