Anak yang terbaring di depan setang sepeda di Jalan Jagakarsa, Jakarta Selatan, itu selalu ingin ikut ke mana pun ayahnya pergi. Dalam kondisi sakit sekalipun, ia ingin dekat dengan sang ayah.
Anak itu bernama Darmawan Santoso (3). Ayahnya bernama Sapto Sunardo (bukan Soekarna seperti diberitakan sebelumnya). Sapto mengatakan, saat ini, anaknya memang sakit, tetapi hanya meriang biasa dan tidak perlu dibawa ke rumah sakit. Menurut Sapto, dia telah terbiasa membawa anak bungsunya itu selama ia bekerja setiap hari.
"Darma enggak sakit parah, cuma meriang doang. Darma memang mau hujan mau panas selalu pengin saya, kecuali benar-benar sakit berat, baru saya tidak ajak," kata Sapto, Kamis (16/5/2013), saat dijumpai di rumahnya, Jalan Moh Kahfi 1 Gang Damai, Kelurahan Ciganjur, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Sapto mengakui, saat ini biaya rumah sakit memang semakin mahal. Oleh sebab itu, jika anaknya sakit, Sapto lebih senang memberi ramuan obat tradisional kepada anak-anaknya. "Enggak pernah ke dokter karena biaya dokter mahal. Jadi, pakai obat tradisional saja, daun sirih sama air hangat, terus diminumin," ujar bapak lima anak asal Solo, Jawa Tengah.
Dalam kesehariannya, Sapto berprofesi sebagai pedagang burung dan ikan hias keliling dengan menggunakan sepeda. Istri Sapto, Yunita Herawati, juga berprofesi sebagai pedagang keliling dengan menggunakan sepeda. Yunita menjual minuman susu fermentasi. Kesibukan Yunita inilah yang membuat Sapto tidak bisa meninggalkan Darma sendirian di rumah.
"Kalau kerja kantoran enak, mungkin kalau hujan bisa izin. Kalau dagang kan gak bisa, siapa yang mau gaji," kata pria lulusan S-1 jurusan Pertanian Universitas Slamet Riyadi, Solo.
Sapto dan Yunita telah memiliki lima anak dari pernikahan mereka.
Pasangan ini tinggal di rumah petak dengan dua kamar tidur dan berdempetan dengan rumah lain. Anak Sapto yang paling sulung saat ini telah duduk di kelas XII di SMK Negeri 41, tidak jauh dari rumahnya. Anak kedua duduk di bangku kelas I SMK, sedangkan anak ketiga masih kelas III SD dan yang keempat kelas I SD.
"Bentar lagi anak (sulung) saya pengumuman kelulusan, mudah-mudahan saja lulus terus nanti bisa kuliah," ucap Sapto.
Dalam kesehariannya, Sapto mengayuh sepedanya melewati Jalan Jagakarsa untuk menjual burung maupun ikan hias di kawasan Jalan Ampera. Kadang-kadang ia juga berjualan di Kemang. Di sepeda itu pula, ia menempatkan segala peralatan jualannya, termasuk kandang burung dan wadah ikan, di boncengan belakang sepeda.
Darma yang belum bersekolah juga ikut dengannya. Sapto membuatkan tempat khusus dari buntalan kain untuk tempat duduk anaknya. Tempat duduk untuk Darma ini diletakkan di depan setang sepeda butut milik Sapto. Fotografer Warta Kota, Adhy Kelana, sempat mengabadikan perjalanan Sapto di tengah suasana gerimis bersama Darma yang tengah berbaring di bantalan setang sepeda itu, Rabu (15/5/2013).
Isteri Sapto sebenarnya bukan berasal dari keluarga tidak mampu. Mertua Sapto adalah seorang diplomat. Sapto sendiri adalah seorang sarjana.
Sumber : Jakarta.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar