Pages

alasan orang bunuh Bunuh diri


Lukisan Bunuh diri karya Edouard
Bunuh diri (dalam bahasa Inggris: suicide; dalam budaya Jepang dikenal istilah harakiri) adalah tindakan mengakhiri hidup sendiri tanpa bantuan aktif orang lain. Alasan atau motif bunuh diri bermacam-macam, namun biasanya didasari oleh rasa bersalah yang sangat besar, karena merasa gagal untuk mencapai sesuatu harapan.

Definisi

Bunuh diri adalah perbuatan menghentikan hidup sendiri yang dilakukan oleh individu itu sendiri atau atas keinginannya. Bila seseorang meminta untuk dirinya dibunuh karena pasrah akan kondisinya disebut Euthanasia.

Motif bunuh diri

Pada dasarnya, segala sesuatu itu memiliki hubungan sebab akibat (ini adalah sistematika). Dalam hubungan sebab akibat ini akan menghasilkan suatu alasan atau sebab tindakan yang disebut motif.
Motif bunuh diri ada banyak macamnya. Disini penyusun menggolongkan dalam kategori sebab, misalkan :
  1. Dilanda keputusasaan dan depresi
  2. Cobaan hidup dan tekanan lingkungan.
  3. Gangguan kejiwaan / tidak waras (gila).
  4. Himpitan Ekonomi atau Kemiskinan (Harta / Iman / Ilmu)
  5. Penderitaan karena penyakit yang berkepanjangan.
Dalam ilmu sosiologi, ada tiga penyebab bunuh diri dalam masyarakat, yaitu
  1. egoistic suicide (bunuh diri karena urusan pribadi),
  2. altruistic suicide (bunuh diri untuk memperjuangkan orang lain), dan
  3. anomic suicide (bunuh diri karena masyarakat dalam kondisi kebingungan).

Bunuh diri menurut agama

Pandangan Islam

Ayat Al-Qur'an tentang larangan bunuh diri

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu." (An-Nisa' : 29) "Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati sesudah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al Qur'an)." (QS. Al-Kahfi ; 6)

Hadits-Hadits tentang larangan bunuh diri

Hadits 86. (Shahih Muslim) Dari Abu Hurairah ra, katanya Rasulullah saw., bersabda : “Siapa yang bunuh diri dengan senjata tajam, maka senjata itu akan ditusuk-tusukannya sendiri dengan tangannya ke perutnya di neraka untuk selama-lamanya; dan siapa yang bunuh diri dengan racun, maka dia akan meminumnya pula sedikit demi sedikit nanti di neraka, untuk selama-lamanya; dan siapa yang bunuh diri dengan menjatuhkan diri dari gunung, maka dia akan menjatuhkan dirinya pula nanti (berulang-ulang) ke neraka, untuk selama-lamanya.”
Hadits 87. (Shahih Muslim) Dari Tsabit bin Dhahhak ra, dari Nabi saw., sabdanya : “Tidak wajib bagi seseorang melaksanakan nazar apabila dia tidak sanggup melaksanakannya.” “Mengutuk orang Mu’min sama halnya dengan membunuhnya.” “Mengadakan tuduhan bohong atau sumpah palsu untuk menambah kekayaannya dengan menguasai harta orang lain, maka Allah tidak akan menambah baginya, bahkan akan mengurangi hartanya.”
Hadits 88. (Shahih Muslim) Dari Tsabit bin Dhahhak ra, katanya Nabi saw., sabdanya : “Siapa yang bersumpah menurut cara suatu agama selain Islam, baik sumpahnya itu dusta maupun sengaja, maka orang itu akan mengalami sumpahnya sendiri. “Siapa yang bunuh diri dengan suatu cara, Allah akan menyiksanya di neraka jahanam dengan cara itu pula.”
Hadits 89. (Shahih Muslim) Dari Abu Hurairah ra, katanya : “Kami ikut perang bersama-sama Rasulullah saw., dalam perang Hunain. Rasulullah saw., berkata kepada seorang laki-laki yang mengaku Islam, “Orang ini penghuni neraka.” Ketika kami berperang, orang itu pun ikut berperang dengan gagah berani, sehingga dia terluka. Maka dilaporkan orang hal itu kepada Rasulullah saw., katanya “Orang yang tadi anda katakan penghuni neraka, ternyata dia berperang dengan gagah berani dan sekarang dia tewas.” Jawab Nabi saw., “Dia ke neraka.” Hampir saja sebahagian kaum muslimin menjadi ragu-ragu. Ketika mereka sedang dalam keadaan demikian, tiba-tiba diterima berita bahwa dia belum mati, tetapi luka parah. Apabila malam telah tiba, orang itu tidak sabar menahan sakit karena lukanya itu. Lalu dia bunuh diri. Peristiwa itu dilaporkan orang pula kepada Nabi saw. Nabi saw., bersabda, : “Kemudian beliau memerintahkan Bilal supaya menyiarkan kepada orang banyak, bahwa tidak akan dapat masuk surga melainkan orang muslim (orang yang tunduk patuh).
Hadits 90. (Shahih Muslim) Dari Syaiban ra., katanya dia mendengar Hasan ra, bercerita : “Masa dulu, ada seorang laki-laki keluar bisul. Ketika ia tidak dapat lagi menahan sakit, ditusuknya bisulnya itu dengan anak panah, menyebabkan darah banyak keluar sehingga ia meninggal. Lalu Tuhanmu berfirman : Aku haramkan baginya surga.” (Karena dia sengaja bunuh diri.) Kemudian Hasan menunjuk ke masjid sambil berkata, “Demi Allah! Jundab menyampaikan hadits itu kepadaku dari Rasulullah saw., di dalam masjid ini.”

Pandangan Kristen

Menurut teologi Gereja Katolik Roma, kematian karena bunuh diri dianggap dosa besar atau serius. Kepala Katolik & Kristen Romawi beragumen bahwa kehidupan seseorang adalah milik Allah dan hadiah kepada dunia, dan untuk menghancurkan bahwa hidup adalah untuk salah menegaskan kekuasaan atas apa yang Allah dan merupakan kehilangan tragis harapan. Namun, dalam Katekismus Gereja Katolik Roma, Nomor 2283 menyatakan, "Kami tidak akan putus asa dari keselamatan kekal orang yang telah mengambil kehidupan mereka sendiri. Dengan cara yang dikenal untuk dia sendiri, Allah dapat memberikan kesempatan bagi pertobatan bermanfaat. Para Gereja berdoa bagi orang-orang yang telah mengambil kehidupan mereka sendiri. " Protestan konservatif (Injil, Karismatik, Pentakosta, dan denominasi lain) telah sering berargumentasi bahwa karena bunuh diri melibatkan diri pembunuhan, maka siapa saja yang melakukan itu adalah dosa dan ini sama dengan jika orang yang membunuh manusia lain. Tambahan tampilan menyangkut tindakan meminta keselamatan dan menerima Yesus Kristus sebagai juruselamat pribadi, yang harus dilakukan sebelum kematian. Ini adalah aspek penting dari banyak denominasi Protestan, dan masalah dengan bunuh diri adalah bahwa setelah mati individu tidak dapat menerima keselamatan. Dosa yang tak terampunkan kemudian menjadi bukan bunuh diri itu sendiri, melainkan penolakan karunia keselamatan.
Kebanyakan Denominationalists Fundamental (Baptis tradisional) melihat bunuh diri sebagai dosa-dosa lainnya. John Piper berbicara pada sebuah pemakaman di Betel Baptist Church pada tahun 1981 berkata, "Tidak hanya dosa, bahkan tidak hanya bunuh diri yang memindahkan seseorang dari surga ke dalam neraka. Satu hal yang pasti: Penolakan terus-menerus terhadap Roh Allah. Saudara sekalian, kami percaya, menyerah bahwa perlawanan dan menerima pengampunan Kristus. macam apa kelemahan sesaat, apa awan singkat putus asa menyebabkan dia mengambil hidupnya masih merupakan misteri. Pandangan Alkitab mengenai topik ini adalah sedemikian rupa sehingga, sekali seseorang datang kepada iman dalam Yesus Kristus, setiap dosa yang pernah mereka akan melakukan dibayar jika mereka terus "berjalan dalam terang" (1 Yohanes 1:7), dan " sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus "jika mereka terus berjalan menurut roh (Roma 8:1). Orang-orang Kristen percaya bunuh diri itu dosa, tapi tidak percaya adalah mustahil untuk menemukan keselamatan. (Roma 4:8). Namun, Yudas, yang bunuh diri karena putus asa, umumnya diyakini telah terkutuk, untuk bunuh diri dan/atau atas tindakannya yang menyebabkan kematian orang lain. Namun, perlu dicatat bahwa Yesus sendiri berkata bahwa Yudas tidak pernah benar-benar bertobat dalam hidup sebelum bunuh diri (Yohanes 6:70-71, 13:10-11, 17:12), dan yang menandai keabadian-Nya, bukan bunuh diri itu sendiri.
Di sisi lain, Ortodoks Timur, tidak pernah membuat pernyataan mutlak tentang orang yang bunuh diri. Ada orang-orang dalam sejarah Gereja yang telah membunuh dirinya sendiri daripada disiksa dan didemoralisasi oleh penjajah (lihat Tari Zalongo). Mereka juga merasa bahwa pelaku bunuh diri yang paling mungkin "tidak dalam pikiran hak mereka" dan bahwa Allah akan merahmati mereka. Bagaimanapun orang Kristen Ortodoks meninggalkan nasib korban bunuh diri kepada Allah dan menghindari membuat penilaian.
Dalam Gereja Yesus Kristus dari orang-orang Suci Zaman Akhir, bunuh diri dipandang sebagai hal yang salah, meskipun korban tidak dapat dianggap bertanggung jawab atas tindakannya (tergantung pada keadaan). Beberapa denominasi Kristen lainnya, seperti Gereja baru, Tidak secara eksplisit mengutuk bunuh diri per sebagai dosa, bahkan jika bunuh diri tidak dipandang baik; faktor-faktor seperti motif, karakter, dan lainnya tetap diperhitungkan.

Pandangan Hindu

Dalam agama Hindu, dosa bunuh diri dianggap sama beratnya dengan membunuh orang lain. Kitab-kitab umumnya mengatakan bahwa kematian dengan cara bunuh diri mengakibatkan seseorang menjadi hantu. Bagaimanapun, agama Hindu menganggap bahwa bunuh diri melalui puasa dengan berbagai keadaan tertentu dapat diterima. Perbuatan ini yang dikenali sebagai Sallekhana, yang memerlukan banyak waktu dan daya pikir sehingga tindakan tersebut tidak lagi merupakan suatu tindakan yang mengikuti suara hati. Perbuatan tersebut juga memberikan waktu untuk seseorang menyelesaikan semua urusan duniawinya, merenung tentang kehidupan, serta mendekati diri dengan Tuhan.

Pandangan Buddha

Menurut agama Buddha, perbuatan seseorang pada masa lalu mempunyai pengaruh yang kuat terhadap apa yang dialaminya pada masa kini; perbuatan pada masa kini juga akan mempengaruhi masa depan, menurut doktrin karma. Perbuatan yang dilakukan denagn sengaja melalui akal, fisik, atau pertuturan kata menghasilkan reaksi. Reaksi atau akibat ialah penyebab untuk keadaan yang kita alami di dalam dunia. Agama Buddha mengajarkan bahwa semua orang mengalami banyak penderitaan (duka) yang berasal dari perbuatan negatif pada masa lalu, atau hanya karena kita masih di dalam sengsara. Penyebab penderitaan yang dialami manusia lainnya ialah kematian dan ilusi (maya). Karena setiap benda atau selalu dalam keadaan tidak kekal (fluks), manusia mengalami ketidakpuasan terhadap peristiwa yang tidak tetap dan cepat berlalu dalam kehidupan. Untuk melepaskan diri dari sengsara, seseorang hanya harus menyadari hal yang benar melalui makrifat yang merupakan Nirwana. Bagi penganut-penganut agama Buddha, ajaran pertama bertujuan untuk menahan diri untuk tidak mencabut nyawa, termasuk nyawa sendiri. Bunuh diri dianggap sebagai suatu bentuk tindakan yang negatif. Walaupun demikian, suatu ideologi kuno Asia yang serupa dengan seppuku (harakiri) terus mempengaruhi penganut agama Buddha yang tertindas supaya memilih untuk bunuh diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar