Tiap-tiap provinsi di Indonesia memiliki fauna
identitas yang mencerminkan keberagaman hayati di daerahnya. Pilihan
fauna-fauna tersebut berdasarkan bahwa fauna tersebut endemik di
provinsi tertentu, khas provinsi tertentu atau merupakan komoditi
andalan provinsi tertentu. Berikut ini adalah fauna identitas provinsi
di Pulau Jawa yang uniknya.com berhasil kumpulkan:
1. Banten-Badak Jawa
Badak jawa atau Badak bercula-satu kecil (Rhinoceros sondaicus)
adalah anggota famili Rhinocerotidae dan satu dari lima badak yang
masih ada. Badak ini masuk ke genus yang sama dengan badak india dan
memiliki kulit bermosaik yang menyerupai baju baja. Badak ini memiliki
panjang 3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini lebih kecil daripada
badak india dan lebih dekat dalam besar tubuh dengan badak hitam. Ukuran
culanya biasanya lebih sedikit daripada 20 cm, lebih kecil daripada
cula spesies badak lainnya.
Badak ini pernah menjadi salah satu badak di Asia yang paling banyak
menyebar. Meski disebut “badak jawa”, binatang ini tidak terbatas hidup
di Pulau Jawa saja, tapi di seluruh Nusantara, sepanjang Asia Tenggara
dan di India serta Tiongkok. Spesies ini kini statusnya sangat kritis,
dengan hanya sedikit populasi yang ditemukan di alam bebas, dan tidak
ada di kebun binatang. Badak ini kemungkinan adalah mamalia terlangka di
bumi. Populasi 40-50 badak hidup di Taman Nasional Ujung Kulon di pulau
Jawa, Indonesia. Karenanya tak heran jika hewan ini dijadikan fauna
khas Provinsi Banten.
2. DKI Jakarta-Elang Bondol
Elang bondol adalah nama yang diberikan masyarakat Jakarta untuk
burung yang bernama latin Haliastur indus itu. Bondol sesungguhnya nama
lain untuk burung kecil yang berkepala putih seperti pipit uban
(Lonchura maja/Munia). Meski bukan satwa endemik Jakarta, pada 1989
elang ini ditetapkan menjadi maskot ibukota, bersama dengan salak
condet. Burung ini termasuk keluarga raptor alias burung pemangsa. Namun
dalam rantai makanan, elang ini pun menjadi mangsa predator lain
seperti biawak.
Burung yang tubuhnya berbulu kecoklatan dan leher sampai kepala
berbulu putih ini berukuran panjang antara 44 sampai 52 sentimeter.
Lebar sayapnya saat mengembang mencapai 110 sampai 125 sentimeter.
Adapun panjang ekornya adalah 18 sampai 22 sentimeter. Habitatnya
kebanyakan di pantai, daratan berair, hutan, maupun dataran rendah.
Namun burung ini dapat juga bisa hidup di pegunungan dengan ketinggian
3.000 meter di atas permukaan laut. Meski bukan burung migran antar
benua, elang bondol juga ditemukan di India, Cina Selatan, Filipina, dan
Australia.
3. Jawa Barat-Macan Tutul Jawa
Macan tutul jawa (Panthera pardus melas) atau macan kumbang
adalah salah satu subspesies dari macan tutul yang hanya ditemukan di
hutan tropis, pegunungan dan kawasan konservasi Pulau Jawa, Indonesia.
Ia memiliki dua variasi: berwarna terang dan hitam (macan kumbang).
Macan tutul jawa adalah satwa indentitas Provinsi Jawa Barat.
Dibandingkan dengan macan tutul lainnya, macan tutul jawa berukuran
paling kecil, dan mempunyai indra penglihatan dan penciuman yang tajam.
Subspesies ini pada umumnya memiliki bulu seperti warna sayap kumbang
yang hitam mengilap, dengan bintik-bintik gelap berbentuk kembangan yang
hanya terlihat di bawah cahaya terang. Bulu hitam Macan Kumbang mungkin
merupakan hasil evolusi dalam beradaptasi dengan habitat hutan yang
lebat dan gelap. Macan Kumbang betina serupa, dan berukuran lebih kecil
dari jantan. Hewan ini soliter, kecuali pada musim berbiak. Ia lebih
aktif berburu mangsa di malam hari. Mangsanya yang terdiri dari aneka
hewan lebih kecil biasanya diletakkan di atas pohon.
Macan tutul merupakan satu-satunya kucing besar yang masih tersisa di
Pulau Jawa. Frekuensi tipe hitam (kumbang) relatif tinggi. Warna hitam
ini terjadi akibat satu alel resesif yang dimiliki hewan ini. Sebagian
besar populasi macan tutul dapat ditemukan di Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango, meskipun di semua taman nasional di Jawa dilaporkan pernah
ditemukan hewan ini, mulai dari Ujung Kulon hingga Baluran.
4. Jawa Tengah-Kepodang
Kepodang adalah burung berkicau (Passeriformes) yang mempunyai bulu
yang indah dan juga terkenal sebagai burung pesolek yang selalu tampil
cantik, rapi, dan bersih termasuk dalam membuat sarang. Kepodang
merupakan salah satu jenis burung yang sulit dibedakan antara jantan dan
betinanya berdasarkan bentuk fisiknya. Burung kepodang termasuk jenis
burung kurungan karena dibeli oleh masyarakat sebagai penghias rumah,
oleh karenanya burung ini masuk dalam komoditas perdagangan yang membuat
populasinya semakin kecil.
Burung kepodang berasal dari daratan China dan penyebarannya mulai
dari India, Asia Tenggara, kepulauan Philipina, termasuk Indonesia yang
meliputi Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara.
Burung ini hidup di hutan-hutan terutama di daerah tropis dan sedikit di
daerah sub tropis dan biasanya hidup berpasangan. Di pulau Jawa dan
Bali burung kepodang sering disebut dengan kepodang emas.
Burung kepodang berukuran relatif sedang, panjang mulai ujung ekor
hingga paruh berkisar 25 cm. Burung ini berwarna hitam dan kuning dengan
strip hitam melewati mata dan tengkuk, bulu terbang sebagian besar
hitam. Tubuh bagian bawah keputih-putihan dengan burik hitam, iris
merah, bentuk paruh meruncing dan sedikit melengkung ke bawah, ukuran
panjang paruh kurang lebih 3 cm, kaki hitam. Burung ini menghuni hutan
terbuka, hutan mangrove, hutan pantai, di tempat-tempat tersebut dapat
dikenali dengan kepakan sayapnya yang kuat, perlahan, mencolok &
terbangnya menggelombang.
5. Jawa Timur-Ayam Hutan Hijau
Ayam hutan hijau adalah nama sejenis burung yang termasuk kelompok
unggas dari suku Phasianidae, yakni keluarga ayam, puyuh, merak, dan
sempidan. Ayam hutan diyakini sebagai nenek moyang sebagian ayam
peliharaan yang ada di Nusantara. Memiliki nama ilmiah Gallus varius (Shaw, 1798), ayam ini dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Green Junglefowl, Javan Junglefowl, Forktail, atau Green Javanese Junglefowl, merujuk pada warna dan asal tempatnya.
Pagi dan sore ayam ini biasa mencari makanan di tempat-tempat terbuka
dan berumput, sedangkan pada siang hari yang terik berlindung di bawah
naungan tajuk hutan. Ayam-hutan Hijau memakan aneka biji-bijian, pucuk
rumput dan dedaunan, aneka serangga, serta berbagai jenis hewan kecil
seperti laba-laba, cacing, kodok dan kadal kecil.
Ayam hutan dari Jawa Timur dikenal sebagai sumber tetua untuk
menghasilkan ayam bekisar. Bekisar adalah persilangan antara ayam hutan
hijau dengan ayam kampung. Bekisar dikembangkan orang untuk menghasilkan
ayam hias yang indah bulunya, dan terutama untuk mendapatkan ayam
dengan kokok yang khas. Karena suaranya, ayam bekisar dapat mencapai
harga yang sangat mahal. Bekisar juga menjadi lambang fauna daerah Jawa
Timur.
Catatan:
DI. Yogyakarta-Merbuk
Merbuk atau perkutut (Geopelia striata, familia Columbidae)
adalah sejenis burung berukuran kecil, berwarna abu-abu yang banyak
dipelihara orang karena keindahan suaranya. Dalam tradisi Indonesia,
terutama Jawa, burung ini sangat dikenal dan digemari, bahkan agak lebih
“dimuliakan” dibandingkan dengan burung peliharaan lainnya. Perkutut
masih berkerabat dekat dengan tekukur, puter, dan merpati. Persilangan
(hibrida) antara perkutut dan tekukur dikenal dalam dunia burung hias
sebagai “sinom” (bahasa Jawa) dan memiliki kekhasan pola suara
tersendiri.(**)
Sumber: Dari berbagai sumber, uniknya.com, September 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar